Kamis, 07 Mei 2015
Nabi Isa As 1-32 M
Telah dikemukakan keheranan gadis Maryam binti ‘Imran mengenai kabar gembira dari malaikat bahwa ia akan memiliki seorang anak laki-laki, padahal ia telah bersumpah – untuk memenuhi nazar ibunya (QS.3:36) – untuk mengabdi pada agama seumur hidupnya, firman-Nya:
Telah dikemukakan keheranan gadis Maryam binti ‘Imran mengenai kabar gembira dari malaikat bahwa ia akan memiliki seorang anak laki-laki, padahal ia telah bersumpah – untuk memenuhi nazar ibunya (QS.3:36) – untuk mengabdi pada agama seumur hidupnya, firman-Nya:
Ia, malaikat,
berkata: "Demikianlah.” Tuhan
engkau berfirman: "Itu mudah
bagi-Ku, dan supaya Kami menjadikan
dia suatu Tanda bagi manusia serta suatu rahmat dari Kami, dan hal itu adalah perkara yang telah diputuskan.“ (Maryam [19]:22).
Ungkapan “supaya
Kami menjadikan dia suatu Tanda bagi manusia” berarti kelahiran
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah yang sungguh merupakan suatu Tanda besar bagi Bani Israil, hal itu
mengisyaratkan bakal terjadi perpindahan
kenabian dari keturunan (Bani) Israil
kepada keturunan (Bani) Isma’il, dan
merupakan peringatan kepada Bani Israil bahwa ruhani
mereka telah begitu rusak serta akhlak mereka telah begitu mundur, sehingga tidak ada seorang laki-laki di antara mereka yang layak menjadi ayah seorang nabi Allah.
Dalam artian ini pula Nabi Isa Ibnu Maryam a.s telah disebut sebagai "suatu Tanda bagi Saat" dalam
Al-Quran (QS.43:62), ialah Tanda
mengenai saat ketika kenabian harus dipindahkan dari Bani Israil kepada Bani Isma’il. Ada pun makna
bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. tanpa ayah sebagai “rahmat
bagi manusia” erat kaitannya
dengan tingkatan ruhani hamba-hamba
Allah yang bertakwa, yang dimisalkan sebagai Maryam binti ‘Imran, yang karena
tiupan “Ruh” dari Allah Swt. melahirkan tingkatan ruhani Isa Ibnu
Maryam (QS.66:13).
Dengan
demikian terdapat kesejajaran atau persamaan
antara keadaan Siti Maryam dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dari segi jasmani
dengan keadaan ruhani dari orang-orang yang telah mencapai tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran dan
tingkatan ruhani Nabi isa Ibnu Maryam
a.s. yakni melalui “tiupan ruh” dari
Allah Swt., firman-Nya:
وَ مَرۡیَمَ ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ
اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا
فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا
وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ﴿٪﴾
Dan mengemukakan sebagai
misal Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(At-Tahrīm
[66]:11-13).
Arti Qadar
dan Qadha
Ungkapan
“perkara yang telah diputuskan”
berarti bahwa Allah Swt. telah
menakdirkan seorang anak tanpa ayah akan dilahirkan Siti
Maryam, dan keputusan ini tidak dapat
dicabut kembali. Al-Quran telah mempergunakan dua buah perkataan yaitu qadar
dan qadha, untuk menyatakan pengertian keputusan Allah itu.
Kata yang pertama, qadar,
berarti
merencanakan atau menentukan, sedang kata yang disebut terakhir, qadha,
berarti memutuskan. Bila suatu
pola atau rencana hanya dipikirkan
untuk dilaksanakan maka rencana itu disebut qadar, dan
bila telah diputuskan oleh Allah Swt.
bahwa rencana itu harus dilaksanakan, rencana itu disebut qadha.
Jadi, kelahiran
Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah merupakan qadha (keputusan) Allah Swt.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَحَمَلَتۡہُ فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾ فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا﴿﴾ فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ رَبُّکِ
تَحۡتَکِ سَرِیًّا ﴿﴾ وَ ہُزِّیۡۤ
اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ
تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا
جَنِیًّا﴿۫﴾ فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ
قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ
اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia
mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon
kurma. Ia berkata:
"Alangkah baiknya jika aku mati
sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang dilupakan sama sekali!" Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah
bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh Tuhan
engkau telah membuat anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan
ke arah engkau pelepah batang
kurma itu, ia akan menjatuhkan
berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah maka aku sekali-kali tidak akan
bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:23-27).
Betapa Siti Maryam bisa mengandung Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa adanya hubungan dengan suami, merupakan salah satu dari rahasia-rahasia Ilahi yang pada masa ini dapat dianggap ada di luar
jangkauan kemampuan akal manusia
untuk menyelaminya. Hal ini dapat dipandang sebagai di atas hukum alam yang lazim kita kenal. Tetapi
ilmu manusia bagaimana pun
tingginya tetap terbatas. Ia tidak mampu
memahami semua rahasia Ilahi.
Di alam raya terdapat rahasia-rahasia yang sampai kini manusia belum berhasil
memecahkannya, boleh jadi selama-lamanya ia tidak akan dapat memecahkannya. Diantaranya adalah kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa
ayah. Cara bekerja Allah Swt. tidak dapat diteliti, dan kekuasaan-Nya tidak terbatas. Dia yang
dapat menciptakan seluruh alam dengan kata kun (jadilah), pasti dapat
mendatangkan perubahan-perubahan
demikian dalam suatu benda, sehingga rahasia
yang nampaknya tidak terpecahkan itu akhirnya dapat dipecahkan juga.
Kesaksian Ilmu Kedokteran Tentang Hamil
Tanpa Melalui Pernikahan yang Lazim
Lagi pula ilmu
kedokteran tidak mutlak menolak kemungkinan,
— dilihat melulu dari segi biologi dan
dalam keadaan-keadaan tertentu — adanya gejala alami Parthenogenesis (pembuahan sepihak), atau kelahiran seorang anak dari seorang perempuan tanpa adanya hubungan dengan seorang pria.
Ahli-ahli kedokteran menarik perhatian kepada
kemungkinan ini, sebagai akibat dari
jenis tumor-tumor tertentu yang
kadangkala terdapat pada pinggul atau
bagian bawah perempuan. Tumor-tumor yang
dikenal sebagai “arrhenoblastoma"
ini mempunyai kesanggupan menjadikan
(membuat) sel-sel sperma jantan.
Bila sel-sel
sperma-jantan yang hidup diproduksi dalam tubuh perempuan oleh “arrhenoblastoma”
maka kemungkinan terjadinya pembuahan pada rahim seorang perempuan -- tanpa perantaraan laki-laki
-- tidak dapat ditolak, yaitu bahwa
badannya sendiri akan mendatangkan akibat
yang sama seperti seolah-olah sel-sel
sperma dari badan laki-laki
dipindahkan kepada badannya dengan jalan biasa, atau dengan pertolongan seorang
dokter, seperti contohnya pembuahan
“bayi tabung”
Baru-baru ini sekelompok ahli penyakit kandungan di
Eropa telah menerbitkan data untuk membuktikan kejadian-kejadian ibu-ibu melahirkan bayi tanpa adanya hubungan dengan orang laki-laki (Lancet). Barangkali kelahiran
Nabi Isa Ibnu Maryam tidak
merupakan kejadian unik sama sekali
dalam hal beliau dilahirkan tanpa perantaraan
seorang ayah. Kejadian-kejadian telah
tercatat adanya anak-anak Yang lahir tanpa adanya unsur ayah (Encyclopaedia Britannica,
pada kata "Virgin Birth" dan "Anomalies and Curiosities of
Medicine", diterbitkan oleh W. Sanders & Co., London).
Jika kita menolak
semua kemungkinan ini maka kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
harus dianggap, na’ūdzubillāh, tidak sah. Orang-orang Kristen maupun orang-orang Yahudi sama-sama
sepakat bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalah sesuatu di
luar kebiasaan — orang-orang Kristen
menganggapnya supernatural
(kesaktian), sedang orang-orang Yahudi menganggapnya kelahiran jadah (Jewish Encyclopaedia).
Bahkan di dalam
catatan keluarga pun kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dicatat
sebagai kelahiran jadah (Talmud). Kenyataan ini saja
merupakan bukti yang kuat mengenai kelahiran
luar biasa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. itu. Menurut Injil, Yusuf, suami Siti Maryam, tidak pernah hidup sebagai suami-istri dengan beliau sebelum Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. lahir (Matius
1:25). Maka kata "Maka Maryam
mengandungnya" mengisyaratkan kehamilan
Siti Maryam dengan cara yang luar biasa tanpa adanya hubungan dengan seorang laki-laki.
"Lalu
ia mengasingkan diri bersamanya ke
suatu tempat yang jauh”, maksud “tempat
yang jauh" menunjuk kepada Bethlehem
yang letaknya kurang lebih 70 mil sebelah selatan Nazaret. Ke sanalah Yusuf
membawa Siti Maryam beberapa waktu
sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. lahir
di kota itu.
Tempat Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Kalimat “Maka
rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" sesuai dengan penjelasan dari Injil,
bahwa tidak ada terdapat kamar di rumah penginapan tempat Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dilahirkan
di kota Bethlehem itu.
Yusuf dan Siti Maryam rupanya terpaksa tinggal di padang terbuka dan Siti Maryam
berlindung di bawah sebatang pohon kurma,
untuk beristirahat di bawah naungannya, dan boleh jadi juga untuk mendapat
tempat bersandar di saat mengalami penderitaan
waktu melahirkan bayi:
“Maka ia, malaikat,
menyerunya dari arah bawah dia: "Janganlah
engkau bersedih hati, sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai di
bawah engkau, dan goyangkan ke arah engkau pelepah
batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah
kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau.”
Oleh karena kata taht (di bawah) berarti
pula lereng gunung (Lexicon Lane),
maka ayat ini menunjukkan bahwa suara itu datang kepada Siti Maryam dari sisi lereng
gunung.
Sebenarnya Bethlehem terletak di atas sebuah bukit padas yang tingginya 2350
kaki dari permukaan laut dan dikelilingi
oleh lembah-lembah yang sangat subur. Pada bukit padas itu terdapat mata air
yang salah satu di antaranya dikenal dengan nama "Mata air
Sulaiman." Mata air lainnya terletak pada jarak kira-kira 800 yard (1 yard
= 91.44 cm) di sebelah tenggara kota itu. Keperluan akan air bagi kota
Bethlehem dilayani oleh beberapa sumber (mata air) itu.
Menurut Surah Maryam ayat 24-26 tersebut kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. terjadi pada musim ketika pohon-pohon
kurma di Yudaea sedang lebat dengan buah-buah kurma yang segar. Musim itu
jelas bertepatan pada bulan-bulan Agustus
dan September, tetapi menurut
anggapan kalangan umat Kristen pada umumnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dilahirkan
pada tanggal 25 Desember, hari itu
diperingati pada tiap-tiap tahun di seluruh dunia Kristen dengan sangat meriah.
Pandangan umat Kristen ini bukan saja ditentang oleh Al-Quran tetapi juga oleh sejarah,
bahkan oleh Perjanjian Baru sendiri. Ketika menulis mengenai waktu
kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Lukas
berkata:
"Maka di jajahan itu pun ada beberapa
orang gembala, yang tinggal di padang menjaga kawanan binatangnya pada waktu
malam" (Lukas 2:8).
Menafsirkan pernyataan Lukas ini, Uskup Barns dalam bukunya yang tersohor "The
Rise of Christianity" pada halaman 79 berkata: "Lagi pula
tidak ada dalil untuk mempercayai bahwa
25 Desember itu Hari kelahiran Isa yang sebenarnya. Jika kita dapat menaruh
kepercayaan sedikit saja pada ceritera-kelahiran (Isa) dengan gembala-gembala berjaga-jaga pada
malam hari di padang rumput dekat Bethlehem, seperti dikisahkan oleh Lukas,
maka kelahiran Isa tidak terjadi di musim dingin ketika suhu di daerah pegunungan
Yudaea waktu malam begitu rendah, sehingga adanya salju bukan sesuatu hal yang luar biasa. Sesudah
diadakan banyak perdebatan rupanya Hari Natal kita itu telah ditetapkan
kira-kira pada tahun 300 Masehi.
Waktu Kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang Benar
Pandangan Uskup Barns itu telah didukung oleh "Encyclopaedia Britannica"
dan "Chambers Encyclopaedia"
(pada kata "Christmas"):
Hari dan tahun yang
tepat mengenai kelahiran Isa tidak
pernah mendapat ketetapan yang memuaskan,
tetapi ketika bapak-bapak gerejawan pada tahun 340 Masehi memutuskan
tanggal untuk merayakan peristiwa itu mereka dengan bijaksana memilih
Hari-balik matahari (solstice) di musim dingin yang telah tertanam dengan kuat
dalam hari rakyat dan yang merupakan pesta mereka yang terpenting. Oleh sebab
adanya perubahan-perubahan dalam kalender-kalender buatan manusia. hari-balik
matahari dan Hari Natal berselisih hanya beberapa hari saja (Encyclopaedia Britannica. 15th. edition, vol.
15, pp 642 & 642A) ....
Kedua, “Hari-balik matahari” di musim
dingin itu dianggap sebagai Hari
kelahiran matahari, dan di Roma 25
Desember dianggap sebagai suatu pesta
orang-orang musyrik memperingati solstice.
Gereja, yang tidak dapat menghapuskan pesta
rakyat ini, memberi rona ruhani sebagai Hari lahir Matahari Kesalehan (Chambers Encyclopaedia).
Pernyataan-pernyataan kedua Encyclopaedia ini
selanjutnya didukung oleh "Commentary
on the Bible" karangan Peake. Dalam buku ini, pada halaman 727
Peake berkata:
"Musim (saat kelahiran
Isa) itu jatuh, bukan pada bulan Desember, Hari Natal kita merupakan tradisi di
masa agak kemudian, yang mula pertama terdapat di barat."
Dengan
demikian penyelidikan terbaru berdasarkan ilmu sejarah mengenai asal-usul agama
Kristen telah membuktikan kenyataan tanpa ada keraguan sekelumit pun, bahwa
Yesus dilahirkan bukan dalam bulan Desember.
Dr. John D. Davis dalam bukunya “Dictionary
of the Bible" di bawah kata "Year" menulis bahwa kurma menjadi matang dalam bulan Elul;
dan dalam “Commentary on the Bible" karangan Peake (halaman 117),
kita dapati bahwa bulan Elul itu bertepatan dengan bulan-bulan Agustus dan
September. Lebih jauh Dr. Peake mengatakan” "Y. Stewart dalam bukunya “When Did Our Lord Actually
Live? dengan membuktikan dari
prasasti (tulisan) di sebuah gereja di Angora yang menyebutkan ceritera Injil
yang sampai ke Tiongkok pada 25-28 Masehi menetapkan kelahiran Yesus pada tahun
8 s.M. (bulan September atau Oktober), dan menetapkan peristiwa penyaliban pada
hari Rabu tahun 24 Masehi."
Dari pernyataan-pernyataan kedua buku Encyclopaedia
di atas dan didukung oleh kutipan-kutipan dari "Commentary on the Bible" karangan Dr. Arthur S.
Peake. M.A.. D.D.. kenyataan itu nampak dengan jelas. bahwa Isa a.s. dilahirkan
dalam penanggalan Yahudi bulan Elul, bertepatan dengan bulan-bulan Agustus - September, ketika buah kurma
mematang di Yudaea, dan bukan pada tanggal 25 Desember seperti Gereja menghendaki kita
mempercayainya. Dan ini pula pandangan yang dikemukakan oleh Al-Quran.
Pada hakikatnya segala kesukaran untuk menentukan hari lahir Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
nampaknya telah timbul oleh karena kebingungan
mengenai tanggal kehamilan Siti
Maryam. Nampaknya Siti Maryam telah menjadi hamil
di bulan Nopember atau Desember dan bukan di bulan Maret atau
April seperti dipercayai oleh ahli sejarah kaum gereja.
Apabila
kandungan Siti Maryam menjadi terlalu nyata
sehingga tidak dapat disembunyikan lagi sesudah beliau hamil empat atau
lima bulan Yusuf terpaksa membawa Siti Maryam
ke rumahnya pada bulan Maret
atau April pada tahun berikutnya.
Dengan demikian sejarah mengacaukan saat Siti Maryam dibawa oleh Yusuf ke
rumahnya di bulan Maret atau April dengan saat beliau menjadi hamil,
yang sebenarnya telah terjadi 4 atau 5 bulan sebelumnya.
Dari Surah Maryam
ayat 25-26 ini nampak pula bahwa ketika Siti Maryam melahirkan beliau berbaring
di suatu tempat terlindung yang
terletak di bagian atas gunung, sedangkan pohon
kurma berada di tempat yang landai, dan oleh karena itu Siti Maryam dengan
mudah dapat mencapai batangnya dan mengguncangkannya.
Bahwa di daerah Bethlehem terdapat banyak pohon kurma terbukti dari Bible (Hakim-hakim
I:16) dan juga dari "A Dictonary of the Bible" oleh Dr.
John D. Davis D.D.. Lagi pula, kenyataan bahwa Siti Maryam telah dibimbing ke
suatu mata air, seperti disebutkan
dalam ayat terdahulu untuk minum air dan membasuh dirinya, mengisyaratkan bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah terjadi dalam bulan Agustus - September, sebab Siti Maryam tidak mungkin membasuh dirinya di tempat terbuka dalam cuaca Yudaea sedingin es
di bulan Desember.
Makna Ruhani “Rasa
Sakit” Maryam binti ‘Imran
Ketika Melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s.
Perintah menghindari percakapan yang tidak berguna dalam QS.19:27 sebelum ini itu
dimaksudkan, yaitu di satu pihak untuk menyimpan kekuatan tubuhnya, dan di pihak lain
untuk memberi beliau lebih banyak waktu untuk mengkhususkan diri berzikir Ilahi, firman-Nya:
فَحَمَلَتۡہُ فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾ فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾ فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ رَبُّکِ
تَحۡتَکِ سَرِیًّا ﴿﴾ وَ ہُزِّیۡۤ
اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ
تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا
جَنِیًّا ﴿۫﴾ فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ
قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ
اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia
mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon
kurma. Ia berkata:
"Alangkah baiknya jika aku mati
sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang dilupakan sama sekali!" Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah
bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh Tuhan
engkau telah membuat anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan
ke arah engkau pelepah batang
kurma itu, ia akan menjatuhkan
berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah maka aku sekali-kali tidak akan
bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:23-27).
0 komentar:
Posting Komentar