Kamis, 07 Mei 2015
Dinasti Ottoman 1299-1923 M
Osmanli Imparatoroglu, demikian orang Turki menyebutnya.
Ottoman Empire, demikian dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia
artinya adalah Kekaisaran Ottoman. Umat muslim mengenalnya sebagai
Kekhalifahan Utsmani.Empire, Imparatoroglu, atau Kekaisaran adalah sebuah istilah yang
menunjukkan kerajaan dengan kekuasaan yang sangat luas. Kita mengenal
Kekaisaran Romawi (Roman Empire), Kekaisaran Jerman (Holy Roman Empire),
atau Kekaisaran Cina (berbagai dinasti). Osmanli atau Utsmani merupakan
kata yang menunjukkan nasab/silsilah dari penguasa kerajaan tersebut,
yaitu anak cucu Utsman (Osman dalam bahasa Turki). Penggunaan
nasab/silsilah sebagai nama bagi kerajaan memang lazim digunakan pada
saat itu, misal Kekhalifahan Abbasiyah (keturunan Abbas R.A) atau
Fatimiyah (Keturunan Fatimah.
Ertughrul: Keputusan Yang Penting
Utsmani/Ottoman sesungguhnya adalah sebuah bentuk kerajaan/kesultanan. Sejarahnya hampir sama dengan sejarah awal berdirinya Kerajaan Metaram Islam. Kisah itu dimulai dari Ertughrul, leluhur para sultan Ottoman. Ertughrul adalah termasuk bangsa turki yang bermigrasi dari Asia Tengah ke daerah Anatolia. Di wilayah ini pada saat itu terdapat dua kekuasaan politik yaitu Bani Seljuq dan Byzantium. Ertughrul bersama pasukan dan pengikutnya bergabung dan mengabdi kepada Sultan Bani Seljuq. Ia kemudian diberi daerah Ekisyehir di daerah antara Seljuq dan Byzantium, antara Anatolia dan Nice.
Kisahnya adalah sebagai berikut, saat sedang memimpin kelompoknya melintasi Anatolia, Ertughrul melihat terdapat kepulan asap di kejauhan. Ia mendekati kepulan asap tersebut dan melihat Pasukan Seljuq sedang menghadapi bangsa Mongol. Ertughrul saat itu mengambil keptusan bersejarah untuk ikut campur dalam pertempuran tersebut dan membela Seljuq. Akhirnya Seljuq menang dan ia mendapatkan hadiah sebagaimana yang telah disebutkan. Kita lihat, sebuah keputusan mempengaruhi sejarah manusia
Osman: Leleluhur Para Ottomans
Seperti lazimnya sistem pengisian jabatan di zaman dahulu, yaitu dengan penunjukkan dan setelahnya diwarisi turun temurun, kepemimpinan Ertughrul diwarisi oleh anaknya Osman. Osman bergelar Osman Gazi atau panglima Osman karena pada kenyataannya Osman memang setingkat panglima dalam hirarki di Bani Seljuq. Saat kekuasaan Bani Seljuq melemah, para panglima yang dulunya diberi daerah kekuasaan oleh Sultan Seljuq mendirikan kesultanan sendiri, yang disebut Kesultanan Ghazi. Ini mirip dengan pendirian Kesultanan Pajang dan Metaram saat Kesultanan Demak Bintoro melemah.
Sebenarnya Osman telah diberikan kekuasaan otonom oleh Sultan Seljuq di wilayahnya. Ia diberikan kuda, dan panji, dan drum sebagai lambang kekuasaan. Kutbah Jumat di wilayahnya juga mendoakannya bahkan ia bisa mencetak uang atas namanya. Sehingga saat Seljuq meredup wajar jika kekuasaan Ottoman muncul ke permukaan.
Inilah awal bedirinya kekuasaan Ottoman di wilayah Anatolia. Oleh karena itu yang tercatat sebagai sultan pertama Ottoman adalah Sultan Osman Ghazi. Demikian pula kesultanan tersebut menabalkan namanya berdasar nama Osman, Osmanli/Utsmani.
Osman adalah seorang yang kuat, sehingga ia digelari Kara (literal: hitam, maksudnya adalah kuat), Kuatnya Osman sangat dikenal, hingga dahulu muncul ungkapan orang tua kepada anaknya, “Semoga Engkau sekuat Osman!”.
Pada Osman, ibukota kekuasaan yang awalnya di daerah Sogut dipindahkan ke Busra dan kekuasaan Ottomanpun terus membesar. Ottoman berhasil menaklukkan Gemlik dan meletakkan dasar yang kuat bagi berlangsungnya sebuah kesultanan Ottoman.
Satu yang sering tidak disebut di buku sejarah, bahwa Osman adalah orang yang cukup religius. Ia selalu mendengarkan nasehat seorang Syaikh, yaitu Syaikh Edebali. Ia sering datang ke rumah beliau dan mendengarkan nasihat beliau atau berkumpul bersama grup darwis (sufi) di rumah beliau.
Suatu hari saat sedang menginap di tempat Edebali, Osman bermimpi, ia melihat bulan turun ke dada Edebal. Cahayanya berkembang hingga ke dada Osman. Dari sana tumbuh pohon yang besar, hijau, dan banyak cabangnya. Bayangan pohon tersebut menutupi seluruh dunia. Esoknya Osman segera menanyakan tafsiran mimpinya kepada Edebali. Lalu Syaikh menyatakan bahwa Alloh telah memberikan kekuasaan kepada Osman dan anak-anaknya. Dunia akan berada di bawah perlindungan anak cucunya. Selain itu, mimpi mengisyarakan Syaikh agar menikahkan putrinya kepada Osman. Ternyata tafsiran Syaikh atas mimpi ini menjadi kenyataan. Keturunan Osman memang memerintah wilayah yang sangat luas, dari Jazirah Arab ke Wina, dari Aljazair ke Iraq. Membentang di tiga benua.
Orhan Sang Penakluk
Setelah Osman wafat, beliau digantikan oleh Orhan. Seperti ayahnya, Orhan bergelar Sultan Orhan Ghazi. Beliau memiliki beberapa isteri dan beberapa di antaranya adalah ningrat Byzantum. Misalnya Teodora, putri dari Kaisar Byzantium John VI Kantakouzenos. Atau isteri keduanya, Holofira, yang merupakan puteri Pengeran Byzantium di Yarhisar. the daughter of the Byzantine Prince of Yarhisar. Legendanya, Holofira ini meninggalkan upacara pernikahannya dengan Pangeran Bilecik dan beralih ke Orahan. Saya membayangkan ini seperti kisah-kisah cinta masa kini. Mungkin Orhan itu orangnya tampan sehingga Holofira kepincut sampai-sampai meninggalkan upacara pernikahannya. Setelah menikah dengan Orhan, Holofira menjadi muslimah dan berganti nama menjadi Nilufer Hatun. Nilufer inilah yang melahirkan Murad, penggati Orhan nantinya.
Awalnya Orhan bermusuhan dengan Kaisar Byzantium, Andronicus III dan berhasil menaklukkan sebagian besar kekuasaan Byzantium di Asia Kecil, seperi Nice dan Izmit. Tapi kemudian beliau menjalin aliansi dengan John VI Kantakouzenos.
Ceritanya, Raja John VI ini awalnya tidak memiliki ambisi menjadi Kaisar, tetapi ia orang yang berpengaruh di kalangan pemerintahan. Ia hanya menjadi kepala pemerintahan administratif sampai calon kaisar yang masih muda naik tahta. Tetapi beberapa kalangan dekat Ratu, ibu dari calon kaisar yang masih kecil, curiga pada motivasi dari John VI, juga sang Rati sendiri. Sehingga saat John VI berkunjung ke Morea, pasukannya di ibu kota dihancurkan dan ia dinyatakan sebagai kriminal. Kaisar yang kecilpun segera dinobatkan.
Hal ini membawa perang sipil karena para pendukung John tidak mau menuruti keputusan sepihak tersebut. John IV mencari bantuan dari negara-negara tetangganya. Ternyata Ottomanlah yang menyanggupi membantunya. Mungkin pernikahan putrinya, Teodora adalah dalam rangka mengukuhkan ikatan aliansi tersebut.
Ternyata Ottoman pertama kali menginjakkan kaki di Eropa dalam rangka membantu sekutunya Kaisar John VI Kantakouzenos ini. Ottoman kemudian mendapatkan daerah di Galipoli. Selain membantu John VI Kantakouzenos memenangkan perang sipil, Ottoman juga membantunya melawan Stephen Uros IV Dusan dari Serbia yang memanfaatkan situasi genting di Byznaitum untuk menduduki wilayah-wilayahnya.
Murad Sang Kaisar (Hudavendigar)
Baru saat sultan ketiga naik tahta, Murad I, beliau mulai mengunakan gelar Hudavendigar atau Kaisat. Saya kira ini menunjukkan keinginan Murad untuk lepas dari baying-bayang Seljuq, seperti kita tahu, gelar Ghazi (panglima) yang diperoleh kakeknya adalah berasal dari pengabdiannya kepada Bani Seljuq.
Selain itu, Murad memang sudah pantas untuk menyematkan gelar itu pada dirinya, saat itu, kekuasaan Ottoman telah berkembang hingga ke seberang benua, yaitu Eropa. Dengan wilayah yang luas tersebut, berarti Kerajaan Ottoman telah menaklukkan berbagai kota, seperti Nice, Edirne, dll. Para raja/pembesar kerajaan tersebutpun telah takluk kepada Ottoman. Sehingga tidak salah Murad menaikkan gelarnya dari Ghazi (panglima) menjadi Hudavendigar (kaisar). Karena pertama menggunakan gelar ini, Murad lebih dikenal sebagai Sultan Murad Hudavendigar Han. Gelar sultan Ottoman sejak Murad ini menjadi Sultan ____ Han.
Murad memang dikenal sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar pemerintahan Ottoman. Beliau memindahkan ibu kota ke Erdine (Adrianopel), membangun diwan/administrasi baru dan membangun Jenissari (tentara baru). Beliau juga membnetuk sistem pemeirintahan provinsi dengan membentuk provinsi Anadolu (Anatolia) dan Rumeli (Eropa). Selain pertama menggunakan gelar Hudavendigar, Murad juga Sultan Ottoman pertama yang menetapkan gelar Sultan bagi para raja Ottoman.
Murad I berhasil memperluas daerah kekuasaan Ottoman ke wilayah Macedonia dan Serbia. Namun beliau wafat saat pasukan penyusup Serbia berhasil menyelinap ke tenda beliau dan membunuhnya.
Beyazid Sang Petir
Hudavendigar digantikan oleh puteranya Beyazid. Beyazid melanjutkan penaklukkan kearah Eropa. Namun penaklukkan tersebut kemudian berhenti karena terjadi serangan dari arah belakang, dari arah Asia. Serangan tersebut dilancarkan oleh Kekuasaan Mongol yang besar dan kuat, Tamerlane. Beyazid secepat kilat berbalik arah dan meluncur dari Eropa ke Anatolia untuk menahan serangan Tamerlane. Namun kemudian beliau ditawan dalam Pertempuran Ankara.
Memang kemudian Tamerlane tidak melanjutkan serangannya sehingga Kesultanan Ottoman tidak runtuh. Namun tertangkapnya Beyazid menimbulkan perebutkan kekuasaan antara anak-anak Beyazid sehingga kekuasaan Ottoman menjadi kacau. Ottomanpun kehilangan beberapa daerah kekuasaannya di Eropa dan Anatolia karena deerah tersebut memanfaatkan keadaan Ottoman yang sedang kacau untuk melepaskan diri (separatis). Masa perpecahan ini disebut masa Interegnum.
Walapun demikian, Beyazid tetap dikenang sebagai sultan yang sigap dan awas. Kecepatan pasukannya bergerak dari Eropa ke Anatolia untuk mengantisipasi serangan Tamerlane menjadikan beliau digelari Yildirim (Sang Kilat). Sehingga beliau bergelar Sultan Yildirim Beyazid Han. Selain itu, awasnya beliau sehingga mampu mengantisipasi serangan dari arah belakang menjadikan beberapa lukisan wajah beliau menggambarkan beliau sedang melirik atau menoleh ke belakang.
Berbagai kisah beredar mengenai keadaan Beyazid dalam tawanan Timur. Ada yang menyatakan ia diperlakukan seperti budak, ada yang menyatakan ia dimasukkan dalam piala untuk dipertontonkan kepada orang lain. Dalam catatan di istanan Timur dikatakan bahwa Timur memperlakukan Beyazid dengan baik dan bahkan menangisi kematiannya. Setahun atau ada yang mengatakan tujuh bulan 12 hari dalam tawanan akhirnya Beyazid wafat. Timur akhirnya berhasil menangkap Sultan Yildirim Beyazid Han. Setelah berhasil mengalahkan Beyazid Sang Petir, Timur mengakui Mehmed Celebi anak Beyazid sebagai penguasa sah Ottoman. Tetapi saudara-saudaranya menolak mengakui kekuasaan Mehmed, maka terjadilah masa perpecahan dalam kekuasaan Ottoman. Anak-anak Beyazid mengkalim wilayah kekuasaannya sendiri. Suleyman Celebi menjadi Sultan Edirne, Isa Celebi di Bursa, dan Mehmed Celebi di Amasya. Mereka berperang satu sama lain untuk memperbutkan tahta Ottoman. Masa ini disebut sebagai masa Interregnum (Fetret Devli).
Mehmed berhasil merebut Bursa dari Isa, kemudian Isa melarikan diri ke Barat Laut Anatolia. Namun kemudian Isa dibunuh oleh Suleyman. Hal ini menjadikan Mehmed sebagai penguasa tunggal di wilayah Anatolia dan Suleyman sebagai penguasa tunggal di Rumelia. Suleyman kemudian melakukan usaha menyerang Mehemed. Mehmed menyadari bahwa ia sendirian tidak akan sanggup menghadapi sang kakak tertua, Suleyman, sendirian. Maka ia menghubungi saudaranya Musa Celebi untuk menjalin aliansi.
Aliansipun berhasil dibentuk. Untuk mencegah serangan Suleyman makin merangsek ke daratang Anatolia, Musa dengan kekuatan kecil menyerang Edirne. Taktik itu berhasil, Suleyman berbalik arah dan kembali ke Edirne. Tetapi ia berhasil dibunuh oleh Musa. Tetapi Musa kemudian mengklaim dirinya sebagai Sultan Edirne. Mehmed yang tidak terima akan hal ini kemudian menyerang Musa dan berhasil mengalahkannya.
Berakhirlah masa Fetret Devli (Interegnum) dan Ottoman kembali dipimpin oleh satu Sultan yaitu Sultan Mehmed Celebi Han.
Mehmed Celebi Sang Pendiri Kedua (2nd Founder)
Setelah berhasil mengkonsolidasikan kekuatan di dalam, Mehmed kemudian kembali merapikan wilayah Ottoman yang berantakan akibat Interegnum. Ia mulai dari wilayah Anadolu (Anatolia). Pada 1414 ia menaklukkan Izmir, Negeri Candar, Cilcia, dan Saruhan. Karaman yang mencoba menyerang Bursa berhasil ditepis. Setelah konsolidasi Anatolia, ia mengarah ke Rumelia (Eropa). Di Eropa Memed berhasil mengembalikan kekuasaan Ottoman dan kemudian menjadikan Wallachia membayar pajak pada Ottoman. Selain itu beliau juga melanjutkan pembangunan angkatan laut Ottoman.
Karena prestasinya mengembalikan kekuasaan Ottoman, beliau dikenal sebagai pendiri kedua Ottoman, Second Founder. Gelar kebangsawanannya yang dipakai sejak masa Interegnum juga terus terbawa, sehingga beliau dikenal sebagai Mehmed Celebi, Celebi adalah gelar bangsawan yang berarti “Yang Terhormat.”
Sebagian orang menyebut beliau masih keturunan Maulana Jalaluddin Rumi, seorang Sufi besar. Dalam masanya, beliau juga memperhatikan perkembangan kemasyarakatan. Hal ini berkat pengaruh wazirnya di Amasya dahulu, Sehiri. Beliau membangun berbagai masjid, madrasah, dan bangunan lainnya.
Murad II Pengeran Muda Yang Handal
Saat diangkat sebagai sultan setelah wafatnya sang ayah, Mehmed Celebi, Murad II baru berusai belasan tahun (sekitar 19 tahun). Segera setelah pengangkatannya, Byzantium bermain prahara. Sebelumnya Byzantium telah bersedia menahan Musthafa Celebi Sang Penipu (Düzmece Mustafa). Sebelumnya Musthafa Celebi ini telah mencoba memberontak terhadap Mehmed Celebi tetapi berhasil ditangkis. Musthafa lari ke Byzantium lalu dengan bayaran Mehmed Celebi, Byzantium bersedia memenjarakan Musthafa.
Segera setelah Murad II naik tahta, Byzantium mendeklarasikan Musthafa sebagai pewaris sah Beyazid Yildirim. Tetapi ini bersyarat bahwa Musthafa harus menyerahkan kota-kota penting jika ia naik tahta. Dengan bantuan Byzantium Musthafa berhasil mendarat di Rumelia dan mengalang kekuatan di sana. Banyak pasukan Ottoman yang kemudian mendukungnya. Murad lalu mengrim pasukan di bawah Jenderal Senior, Beyezid Pasha. Tetapi Musthafa Sang Penipu berhasil membunuh Sang Jenderal dan iapun mendeklarasikan diri sebagai Sultan Edirne.
Lalu Musthafa Celebi mencoba menyerang ke wilayah Anatolia. Namun Murad II menunjukkan keahliannya sebagai panglima. Walaupun cukup kalah jumlah tetapi beliau bisa memenangkan pertempuran. Musthafa Sang Penipu pun menghindar ke Galipoli (Ulubat). Tetapi terus dikejar Murad II dengan bantuan pelaut asal Genose, Adorno. Msuthafa berhasil ditangkap dan dihukum mati.
Murad II kemudian mengarahkan serangan ke Byzantium yang telah memplot pemberontakan Düzmece Mustafa tersebut. Murad II membentuk pasukan Azeb dan kemudian melakukan pengepungan terhadap Konstantinopel. Di tengah pengepungan, Murad II mendengar adiknya, Musthafa, yang berusia 13 tahun melakukan pemberontakan dengan dukungan Byzantium dan negara-negara kecil di sekitar Anatolia. Pasukan Musthafa telah mengepung Busra, kota kedua terbesar setelah Edirne.
Murad segera menuju Busra. Musthafa berhasil dikalahkan, ditangkap, dan dihukum. Negara-negara kecil di Anatolia (Aydin, Mentese, Teke dan Germian) juga menerima akibat dari keterlibatan mereka dengan pemberontakan tersebut. Negara-negara tersebut ditaklukkan dan dianeksasi oleh Murad II.
Murad II lalu meneruskan perluasan wilayah di Seribia yang masih dalam keadaan bereperang dengan Ottoman. Salonica, Macedonia, Teselya dan Yanya berhasil dikuasai. Pemberontakan Penguasa Wallachiapun berhasil dipadamkan dan Wallachia dianeksasi. Semakin luasnya pengaruh Ottoman di Eropa menjadikan cemas Byzantium dan raja-raja Eropa lainnya yang kemudian melancarkan Perang Salib terhadap Ottoman. Pasukan Salib dipimpin oleh Pangeran Transylvania.
Dalam pertempuran ini, Ottoman kalah namun Pasukan Salib tidak bisa merangsek lebih jauh karena terkendala alam. Lalu dicapailah kesepakatan gencatan senjata 10 tahun yang dikenal sebagai Kesepakatan Segedin. Setelah itu Murad II turun tahta dan menaikkan putranya berusia 12 tahun Mehmed II sebagai Sultan. Beliau menyepi di Manisa.
Melihat peluang sultan yang masih muda, rival Ottoman, Hungaria bersama Venice dan didukung Paus Eugene IV mempersiapkan Pasukan Salib baru untuk menyerang Ottoman. Melihat keadaan ini Mehmed II meminta ayahnya yang telah pensiun untuk memimpin pasukan menghadapi Pasukan Salib tersebut. Murad II menolak, lalu Mehmed mengirimkan surat yang sangat terkenal yang berbunyi, “Jika Engkau adalah sultan maka sudah sepantasnya Engaku memimpin pasukanmu dalam situasi yang sulit ini, maka majulah ke depan dan pimpin pasukanmu. Tetapi jika sayalah yang Sultan, maka saya mengingatkan Engkau untuk patuh kepada perintah Sultan, dan perintah saya adalah, Pimpinlah pasukan!.” Membaca surat ini Murad II tidak bisa menolak.
Hal ini menandai masa kedua kepemimpinannya, Murad II kembali naik tahta. Tetapi sebagian orang menyatakan bahwa kembalinya Murad II ke tahta karena ada pemberontakan Jenissari. Wallohu a’lam mana yang benar.
Lalu Murad II meluncur ke Edirne. Pasukan Ottoman sekita 40.000 lalu meluncur ke Varna dan menyerang Pasukan Salib. Pasukan Salib akhirnya bisa dikalahkan dalam Pertempuran Varna ini. Pertempuran ini menandai berkahirnya Perang Salib yang mencegah Ottoman menaklukkan Konstantinopel. Karena berikutnya, saat Konstantinopel sedang dalam Kepungan Mehmed II, tidak ada Pasukan Salib yang datang membantu.
Empat tahun setelah Pertempuran Varna, terjadi kembali pertempuran besar yang disebut Pertempuran Kosovo Kedua. Murad II lagi-lagi berhasil memenangkan pertempuran yang dipicu invasi Hungaria ke wilayah Ottoman di Serbia. Dengan menangnya Ottoman di pertempuran ini, Balkan sepenuhnya dalam pengaruh politik Ottoman.
Sebenarnya Murad II adalah seorang yang tidak suka berperang. Ini terlihat dari keinginannya untuk mundur dari kepemimpinan.
Tetapi keadaan memaksanya untuk terus berperang sebagaimana dalam kisah di atas. Selain pencapian militer, dalam bidang
sosial, di zaman Murad dibangun ratusan masjid, sekolah, jembatan, dan istana. Salah satu bangunan peninggalan Murad II yangbisa dilihat adalah Bursa Muradiye Complex, yang terdiri dari masjid, makam, madrasah, pemandian, dan taman. Murad II sendiri sebenarnya adalah seorang seniman dengan nama pena Muradi.
Dalam masanya pula dikirim sejumlah uang ke Mekkah untuk perbaikan dan dikirim sejumlah tenaga ahli yang disebut Surre-i Humayun untuk memperbaiki tempat-tempat suci. Dalam masanya pula banyak buku ditulis dan buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Murad II meninggal di Edirne karena sakit dan beliau dimakamkan di Bursa, di Kompleks Muradiye. Jika Anda berkunjung ke Bursa, Anda bisa menziarahi makam beliau. Mehmed Sang Kaisar Roma
Setelah Sultan II Murad Han wafat, beliau digantikan anaknya, Mehmed (Arabnya adalah Muhammad). Sultan Mehmed kemudian melanjutkan penaklukkan buyutnya, Yildirim Bayezid yang tertunda. Seperti yang kita ingat, bahwa Beyazid Sang Petir pernah melakukan pengepungan atas Konstantinopel, tetapi kemudian gagal karena ada serangan dari Tamerlame. Selain itu, perperangan antara Ottoman dengan Byzantium masih berlanjut setelah taktik Byzantium membangkitkan Pemberontakan Musthafa Celebi gatot alias gagal total. Murad II belum berhasil menaklukkan Konstantinopel karena pemberontakan adiknya, Musthafa.
Maka, segera setelah beliau naik tahta, beliau berencana menaklukkan Konstantinopel, Pusat Kerajaan Byzantium. Mengenai penaklukkan Konstantinopel ini sebenarnya telah dinubuatkan (“diramalkan”) oleh Rasulullah Muhammad shallallohu ‘alyhi wa sallam. Secara politik dan ekonomis Konstantinopel memang menguntungkan. Secara politis Mehmed akan menjadi penguasa tunggal di selat Dardanella, selain itu ini akan menegaskan kekuasaan Ottoman agar negara lain tidak mencoba mengacau keadaan dalam negeri Ottoman seperti yang telah dilakukan Byzantium dengan melanggar kesepakatan dan membantu bahkan memprovokasi Pemberontakan Musthafa Celebi atau Musthafa Sang Penipu. Maka Mehmed II memulai usaha penaklukkan Byzantium.
Saat itu, ibukota Ottoman telah dipindahkan ke Edirne. Maka dari sini usaha penaklukkan Konstantinopel dimulai. Mehmed II mulai membangun tembok-tembok tinggi di perbatasn Edirne. Ia juga memerintahkan insinyur terkemuka untuk membuat meriam yang sangat besar. Meriam ini menjadi salah satu bagian paling melegenda dari penaklukkan Konstantinopel, bahwa Sultan Memed II menggunakan meriam yang paling besar yang pernah ada di masa itu.
Mengetahui rencana Mehmed II, Kaisar Byznatium saat itu, Constantine XI, mulai memperkuat benteng-benteng kota yang sebelumnya memang kuat dan sangat sulit ditembus. Penguatan dinding-dinding kota tersebut menjadikan Konstantinopel semakin sulit ditaklukkan. Beliau juga menghubungi Roma untuk meminta bantua Pasukan Salib (Crusader) dari Paus. Namun pembicaraan bantuan berhenti karena adanya permintaan untuk menggabungkan Gereja Ortodox Konstantinopel dengan Gereja Katolik Roma.
Setelah persiapan selesai Mehmed bersama pasukannya bertolak dari Erdirne menuju Konstantinopel. Sebelumnya Mehmed mengirimkan surat kepada Constantine XI untuk menyerahkan kota secara damai. Namun Constantine XI menolak. Maka dimulailah pengepungan terhadap Konstantinopel. Namun kemudian Mehmed II menyadari bahwa pengepungan darat saja akan sia-sia karena armada laut dari beberapa negara lain masih membantu Byzantium. Menyadari hal ini, Mehmed II memerintahkan pembangunan armada laut.
Saat armada laut akan mendekati Konstantinopel terdapat suatu masalah, yaitu di laut sekitar Konstantinopel telah dipasangi rantai-rantai besi sehingga kapal tidak bisa memasuki perairan Konstantinopel. Namun Mehmed tidak kehilangan akal. Ia kemudian membawa kapal-kapal tersebut melalui jalur darat untuk mendekati Konstantinopel. Pemindahan kapal-kapal ini juga menjadi legenda dalam penaklukkan ini di samping artillery atau meriam besar.
Dua legenda yang sering disebut-sebut dalam kisah penaklukkan Konstantinopel adalah meriam terbesar dan pemindahan kapal lewat jalur darat. Bahkan pemindahan kapal ini juga memunculkan mitor tersendiri. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa pemindahan kapal bukanlah dengan ditarik melalui jalur darat, melainkan dengan karamah Sultan Mehmed II. Wallohu a’lam, yang jelas sejarah di Turki membenarkan versi pemindahan kapal melalui jalur darat dengan ditarik oleh pasukan. Pemindahan melalui jalur darat ini berhasil mengantarkan 72 kapal perang mendekati Konstantinopel lewat laut. Bayangkan, di masa itu, 72 kapal perang diangkut dengan jalur darat!
Setelah dua kali usaha penggempuran (assault) terhadap Konstantinopel dan belum berhasil menaklukkan kota tersebut pasukan Mehmed II mulai kehilangan kepercayaan. Namun, Mehmed II menyemangati kembali pasukannya dan menyatakan bahwa akan diadakan penggempuran terakhir dan terbesar pada tanggal 29 Mei. Beliau menjanjikan bahwa penggempuran terakhir tersebut akan berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan janji beliau tersebut betul, gempuran (assault) besar terhadap Konstantinopel mengakhiri pengepungan (siege) dan berhasil menaklukkan Konstantinopel.
Setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan Mehmed II Han mendapat gelar Fatih yang dalam Bahasa Arab berarti Pemenang, Pembuka Jalan, atau Penakluk dan beliau dikenal dengan Fatih Sultan Mehmed Han atau secara singkat Fatih Sultan. Mehmed kemudian memindahkan ibukota kesultanannya dari Edirne ke Konstantinopel dan mengganti nama kota tersebut menjadi Istanbul, ibukota kesultanan yang keempat.
Setelah penaklukkan tersebut, karena berhasil meruntuhkan Byzantium dan mengambil alih ibu kota Romawi Timur, Fatih Mehmed mengkalim gelar Kayser-i Rûm(Caesar Romanus= Kaisar Romawi). Klaim ini wajar, karena Sultan telah menguasai hampir seluruh wilayah Byzantium dahulu. Namun kerajaan-kerajaan Eropa lainnya tidak mengakui hal tersebut sehingga Fatih Mehmed kemudian berusaha melakukan penaklukkan terhadap Roma, ibu kota Romawi Barat. Usaha penaklukkan ini hanya berjalan sampai Otranto, dekat Appulia. Namun, setelah wafatnya Fatih Sultan, usaha ini dihentikan dan pasukan Ottoman di Otranto ditarik mundur.
Mehmed II mengijinkan orang-orang Yunani dan Yahudi untuk bermukim di tanah Ottoman. Setelah penaklukkan Konstantinopelpun, Fatih Mehmed tidak mengganggu institusi Greek Orthodox Patriarchate. Bahkan beliau mengizinkan Armenian Orthodox Patriarchate yang sebelumnya dilarang. Namun, Bulgarian Orthodox tetap berada di bawah kewenangan Greek Orthodox Patriarchate. Hal ini menunjukkan adanya toleransi beragama dalam Ottoman Empire, setidaknya pada masa Mehmed II. Toleransi juga ditujukan kepada Yahudi yang dipersilahkan untuk tinggal dan menetap di wilayah Ottoman khususnya Istanbul. Selain karena toleransi, kebijakan ini juga menguntungkan secara ekonomi karena banyak orang Yahudi dan Yunani yang berprofesi sebagai pedagang, juga banyak yang memiliki keahlian khusus (professional).
Setelah penaklukkan Bosnia akibat Rajanya yang menolak membayar tribute rutin, di tahun yang sama dengan tahun penaklukkan, Mehmed II mengeluarkan firman (titah) yang di dalamnya menyatakan perlindungan terhadap Komunitas Fransiscans Bosnia, greja mereka, dan segala kepemilikan mereka. Dalam Firman tersebut beliau juga bersumpah antas nama Alloh akan menjalankan Firman ini dengan tetap. Hal ini menunjukkan beliau adalah seorang yang toleran terhadap agama lain. Katanya, naskah asli firman ini masih disimpan di biara Fransiscan di Fojnica.
Tidak salah jika Mehmed II dijuluki Fatih, ia tidak hanya berhasil menaklukkan Konstantinopel, tetapi juga Morea, Bosnia, Albania. Mehmed II juga menaklukkan Trabzon dan mengakhiri Kerajaan Trebizon. Beliau juga mampu mengalahkan Uzun Hasan dari Kerajaan Ak Konyulu dalam Pertempuran Otlukbeli.
Konflik dengan Ak Konyulu bermula dari konflik yang terjadi di Karaman. Saat itu terjadi perselisihan antar pangeran memperbutkan tahta. Salah seorang pangeran, Ishak Bey, meminta bantuan Ak Konyulu dan seorang lagi, Pir Ahmed, meminta bantuan Ottoman. Ottoman menyepakati membantu Pir Ahmed dan berhasil mendudukkannya ke atas tahta. Tetapi kemudian Pir Ahmed menjalin perjanjian dengan Venice yang saat itu sedang bermusuhan dengan Ottoman (setelah Perang Salib kedua negara masih dalam keadaan perang). Hal ini menjadikan permusuhan antara Karaman dan Ottoman. Segera Mehmed II menaklukkan Karaman. Pir Ahmed kemudian meminta perlindungan Ak Konyulu yang kemudian melindunginya. Inilah yang semakin merusak hubungan kedua negara yang sudah tidak akur sehingga terjadi Pertempuran Otlukbeli dengan kemenangan di Ottoman.
Fatih Mehmed memiliki panglima terkemuka yaitu Gedik Ahmet Pasha yang berhasil menaklukkan Otranto di wilayah Italia sekarang dan Caffa/Crimea di utara Laut Hitam (Karadeniz) dan menjadikan Crimea sebagai vassal Ottoman. Caffa adalah salah satu daerah kekuasaan Genoa. Secara militer, jika daerah ini tidak dikuasai, kapal-kapal Genoa dapat dengan mudah mencapai Istanbul dari Caffa. Sehingga ditaklukkanlah daerah ini.
Dalam bidang kebudayaan, Fatih Mehmed adalah Sultan yang memulai pembangunan Istana Topkapi. Keindahan dan kemegahan istana ini masih bisa kita lihat sampai sekarang. Selain itu beliau juga mendirikan Univeristas Fatih (Fatih Kulliyesi), 300 masjid, 57 sekolah, 59 tempat pemandian umum, 29 pasar, dll. Beliau juga memperbaruhi adminsitrasi dan sultan pertama yang menetapkan hukum tertulis (kanun).
Mehmed II juga meningkatkan kemampuan angkatan laut Ottoman. Hal ini dalam rangka mengimbangi kemampuan Venice dan Genoa yang saat itu menjadi musuh Ottoman. Kedua negara tersebut memang ahli dalam bidang kelautan. Untuk memperkuat angkatan laut, dibangunlah galangan kapal di daerah sekitar Istanbul.
Semua pencapaian tersebut didapat tidak lain karena memang Mehmed II adalah Sultan yang pandai lagi berani. Selama masa 30 tahun kepemimpinannya, sudah 25 kali beliau mempimpin penaklukkan. Artinya hampir setiap tahun belaiu memimpin satu perperangan. Selain itu, saat menaklukkan Konstantinopel, usia beliau baru 21 tahun, saat itu beliau telah menguasai 7 bahasa. Hal ini berkat pendidikan dari guru beliau, Cendikiawan Aksemseddin. Beliau juga sangat tertarik pada ilmu pengetahuan, misalnya beliau mengundang Alu Kuscu, Ahli Astronomi, ke observatorium di Istambul.
Setelah segala pencapaian yang luar biasa tersebut, Sultan Mehmed II wafat secara misterius. Ada yang mengatakan beliau diracun secara pelahan oleh dokternya yang masih keturunan Venice. Ada juga yang bilang beliau diracun atas perintah Beyazid II putera beliaul. Wallohu A’lam mana yang benar. Yang jelas, wafatnya beliau sempat dirahasiakan oleh wazir beliau, Karamanli Mehmet Pasha. Hal ini untuk mencegah chaos timbul setelah kewafatan Sultan. Sebelum Sultan baru dilantik, wafatnya Sultan dirahasiakan. Karamanli melihat ba Djem Zizim (Cem Sultan) yang saat itu menjabat gubernur Karaman dan Konya paling berpeluang untuk menjadi Sultan setelah beliau. Selain Djem, calon pewaris tahta yang lain adalah Beyazid, gubernur Sivas, Tokat, dan Amasya.
Memang Karamanli Mehmet mengirimkan surat tetang berita wafatnya Sultan secara bersamaan ke Djem dan Beyazid. Secara matematis, Djem harusnya sampai lebih dahulu daripada kakaknya, Beyazid, karena posisi Djem saat itu lebih dekat ke Istnabul daripada posisi Beyazid. Oleh karena itu menurut Karamanli, Djem yang lebih berpeluang. Namun di Anatolia, kurir menuju Djem tertahan dan Djem akhirnya terlambat mengetahui berita wafatnya Sultan.
Di Istanbul sendiri, Jenissari kemudian mengetahui wafatnya Sultan. Mereka menganggap kegiatan Karamali menyembunyikan wafatnya Sultan ini adalah langkah untuk mengangkat Djem. Mereka menyangka Karamanli adalah antek Djem. Kecurigaan timbul karena saat itu mereka tidak boleh masuk kota Istanbul. Padahal, Jenissari di saat itu lebih mendukung Beyazid. Akhirnya mereka memerangi wazir Karamanli dan berhasil membunuhnya. Ishak Pasha, mantan wazir utama, melihat hal ini sebagai bahaya. Maka, sembari menunggu Sultan baru datang, yang kemungkinan besar itu adalah Beyazid karena Beyazid telah menerima berita wafatnya Sultan, Ishak Pasha mengangkat Korkut anak Beyazid sebagai pengurus tahta sebelum Beyazid sampai ke Istanbul. Pada 21 Mei 1481 Beyazid ditahbiskan menjadi Sultan
Sementara Djem yang terlambat mengetahui berita wafatnya sang ayah, pada 27 Mei 1481 tiba di Inegol dengan 4000 pasukan. Tibanya Djem di Inegol ini dilihat sebagai usaha pembangkangan oleh Beyazid. Menurut nya Djem telah meng-assault Inegol. Maka Beyazid mengirimkan tentaranya di bawah pimpinan Ayas Pasha untuk memerangi Djem. Lalu dimulailah perang saudara antara Beyazid dan Djem atau yang lebih dikenal sebagai Cem Sultan. Djem atau Cem Sultan terlah berebut tahta dengan Beyazid. Penguasaan Djem atas Inegol memantik pertempuran antara dua saudara. Beyazid mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ayas Pasha. Namun Djem berhasil mengalahkan pasukan Beyazid. Kemudian beliau mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan Anatolia. Merasa posisinya cukup menguntungkan, Djem mengirimkan tawaran kepada Beyazid untuk membagi kekaisaran menjadi dua, Rumelia (Eropa) untuk Beyazid dan Anadolu (Anatolia, Asia Kecil) untuk Djem.
Beyazid yang tidak ingin jerih payah leluhurnya hancur menolak tawaran ini. Beliau lalu memimpin pasukan menuju Djem melalui Bursa. Di Yenisehir kedua pasukan bertemu lalu terjadilah pertempuran sengit dengan kemenangan di pihak Beyazid. Djem kemduain melarikan diri ke Kairo. Ia masih terus berusaha merebut tahta sejak saat itu, seperti Musthafa Celebi Sang Pengklaim (the pretender, sebelumnya saya terjemahkan sebagai penipu namun terjemahan tersebut adalah salah), tetapi tidak berhasil.
Ia pernah menyerbu Anatolia kembali dan telah mengepung Konya tetapi dipaksa mundur oleh Beyazid. Djem kemudian berusaha kembali ke Kairo namun gagal karena jalanan dijaga oleh prajurit Beyazid. Lalu ia mencoba lewat laut dengan melewati Rhodes yang saat itu dikuasai Knight of St.John. Tetapi ia justru menjadi tawanan di sana.. Sebagian menyatakan beliau di sana karena undangan Grand Master Knight of St. John. Wallohu A’lam mana yang betul. Yang jelas sejak itu hingga wafatnya Djem tidak pernah melihat lagi tanah airnya. Artinya, Sultan de jurre dan de facto setelah Mehmed Kaisar Romawi adalah Beyezid yang dikenal dengan gelar Sultan II Beyezid Han.
Beyezid : Sultan Turun Tahta
Beyazid adalah seorang yang dermawan, beliau senang memberi sedekah kepada orang miskin. Disebutkan bahwa beliau menguasai dua bahasa, Turki dan Persia. Beliau juga menguasi dialek Uighur dan Cagatay, dua wilayah Turki (juga dua entitas kekuasaan/kerajaan di luar Ottoman). Beliau adalah juga pencinta syair dan sering mengundang penyair ke tempat beliau.
Setelah memenangkan pertarungan menuju tahta, Beyazid melakukan perluasan wilayah di Rumeila (Eropa). Beliau menaklukkan Herzegovina, berperang dengan Venice yang terus menjadi duri dalam daging bagi Ottoman, juga bias memaksa Moldavia untuk membayar upeti kepada Ottoman.
Konflik dengan Venice yang maju dalam bidang kelautan menjadikan Ottoman memperbaiki angkatan lautnya. Di beberapa masa mendatang, angaktan laut Ottoman akan menjadi yang terhebat di Laut Tengah.. Pada masa Beyazid inilah pelaut terkenal Ottoman, Kemal Reis melakukan misi ke Spanyol yang sedang terbakar inqusisi. Misi pelayaran ini ditujukan untuk menyelamatkan Arab dan Yahudi Sephradic. Ini memperlihatkan toleransi yang dikembangkan Ottoman.
Beliau juga memerintahkan agar semua gubernurnya memperlakukan pengungsi dari Spanyol tersebut dengan baik. Pengungsi dari Spanyol itu sendiri sesungguhnya memperkaya wilayah Ottoman. Banyak di antara mereka yang ahli dagang, ilmuwan, dan seniman.
Selain ke daerah Rumelia, di daerah Anadolu atau di wilayah Asianya, Ottoman juga mulai terlibat konflik dengan Safavid Persia yang mulai membesarkan pengaruh politik. Safavid mendukung pemberontakan Shiah Kizil Bash. Pemberontakan ini sendiri sangat mengguncang Ottoman. Hal ini menjadikan para pangeran (shezade) melihat ayah mereka sudah tidak mampu mengontrol wilayah dan mereka kemudian mulai bersiap menaiki tahta.
Terdapat tiga pangeran (sehzade) yang memiliki hak atas tahta. Ahmet gubernur Amasya, Korkut yang menjadi gubernur Manisa, dan Selim yang menjadi gubernur Trabizon. Ahmet saat itu berhasil mengalahkan pasukan Safavid dan tentara Karaman. Dengan kemenangan gemilang, Ahmet pulang ke Istanbul. Namun dalam perjalanannya, Selim mengobarkan pemberontakan di sekitar Istanbull. Pemberontakan tersebut berhasil dikalahkan Beyazid II. Sesampainya di Istanbul, Ahmet dilarang masuk kota oleh ayahnya karena beliau curiga Ahmet akan mengkudetanya. Mungkin saat itu Ahmet bersama pasukan yang besar.
Beberapa pejabat hendak menaikkan Ahmet ke tahta, tetapi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Faksi lain kemudian mencoba menaikkan Korkut ke tahta tetapi lagi-lagi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Agaknya Jenissari lebih mendukung Selim. Akhirnya Sultan II Beyazid Han memutuskan turun tahta untuk mencegah kekacauan semakin menjadi-jadi. Beliau menyerahkan tahta kepada Selim.
Beyazid II kemudian memutuskan untuk keluar dari Istanbul dan kembali ke tempat kelahirannya, Didymoteicho. Tetapi sebelum sampai ke tempat tersebut, beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya, sekitar satu tahun setelah beliau lengser keprabon. Dan dimulailah masa Selim I. Apakah pilihan Jenissari atas Selim tepat dan membawa kegemilangan bagi Ottoman, insyaAlloh akan kita lanjutkan..
Selim Yang Sangar
Selim memliki penampilan yang sangar. Ia memelihara kumis tetapi tidak seperti leluhurnya, ia memotong jenggotnya. Penampilannya juga unik karena ia memakai anting-anting. Dari penampilannya memang ia pantas digelari Yang Sangat (Yavuz, The Grim). Tetapi di balik kesangarannya Selim adalah seorang yang menyukai ilmu. Tidak hanya okol tetapi akalnya juga isi.
Beliau dididik oleh cendikiawan ternama saat itu, Mevlana Abdulhalim. Beliau menyukai ilmu pemerintahan, teologi, dan sains. Beliau juga pandai berkuda, bergulat, dan memanah. Ini menunjukkan ia seimbang antara ketertarikan akan militeris dan keilmuan serta seni. Bahkan beliau menulis syair. Ini karakter yang bagus memang untuk menjadi Sultan.
Beliau juga tidak menyukai kemewahan dan menyenangi kesimpelan sehingga uang perbendaharaan kekaisaran bias dihemat. Pada masanya gudang perbendaharaan pernah sangat dipenuhi harta lalu beliau berikrar “Jika ada anak cucuku yang bias memenuhi gudang ini lebih dari yang aku lakukan, ia boleh mengganti gembok gudang ini dari dengan gembok baru miliknya, tetapi jika tidak mereka harus tetap menggunakan gembok milikku ini” Tetapi tidak ada sultan setelah beliau yang sanggup menyaingi jumlah uang yang beliau kumpulkan di perbendaharaan kerajaan. Sehingga para sultan bergantian menggunakan gembok Selim.
Walaupun terlihat sempurna, ada satu peristiwa yang memang kurang baik. Selim menghabisi seluruh saudara dan ponakan laki-lakinya agar tidak ada ancaman munculnya pengklaim tahta (the pretender) seperti yang muncul di zaman kakeknya, kakek buyutnya, bahkan yang terjadi antara dia dan Ahmet. Mungkin saat itu Selim berfikiran untuk mencapai kestabilan negara. Seperti represi di zaman Pak Harto untuk stabilitasi negera. Memang tujuannya baik, tetapi mungkin caranya kurang pas untuk ditiru.
Kepribadian Selim memang dikatakan energik. Sidang kerajaan (royal court) pada masanya sangat dinamis, penuh dengan reward tetapi punishment-nya juga ngeri. Bisa hingga hokum penggal. Dikisahkan Selim beberapa kali memenggal kepada wasir utamanya. Ini menjadikan sebagian orang menganggapnya berkarakter temperamental. Wajarlah jika beliau dijuluki Yavus (Yang Hebar, Yang Sangar). Maka gelarnya adalah Yavuz Sultan Selim epribadiannya memang sangar dan hebat. Tapi bagaimana dengan pencapaiannya?
Agaknya pencapainnya juga hebat, seperti yang terlihat dalam kisah gembok perbendahaaraan kerajaan. Dalam penaklukan, Selim mengarahkan lebih dahulu perhatiannya ke Savafid Persia yang sedang berkembang di bawah Shah Ismail. Hal ini mengingat kekacauan yang diakibatkan pemberontakan Kizil Bash yang didukung Safavid. Ottoman belum sempat membalas ini di masa Beyazid II. Maka Selim segera berangkat bersama pasukannya menyerang Safavid. Tentara dua kerajaan bertemu di Caldiran dan terjadilah pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Caldiran.
Selim memenangkan perang dan Shah Ismail melarikan diri. Selim terus berjalan menuju Tabriz, pusat kekuasaan. Beliau mengekspor para seniman dan ilmuwan dari kota ini ke Istabul. Ini menunjukkan perhatian beliau terhadap seni. Hasil dari kampanye ini adalah memulihkan kekuasaan Ottoman di senatero Anatolia.
Selim meneruskan penaklukkannya ke arah Mameluk di Turki. Ada yang menyatakan penyerangan ini didasarkan impian Selim untuk menyatukan seluruh Turki Islam ke dalam kekuasaan Ottoman., termasuk Mameluk yang juga bersuku bangsa Turki ini. Secara politik penaklukkan ke Mameluk akan mengamankan perbatasan Anatolia Ottoman yang sering terancam kekuatan baik Mameluk maupun Safavid, dua kekuatan besar di samping Ottoman di wilayah timur tengah saat itu.
Kemenangannya di Pertempuran Marj Dabiq menjadikan Ottoman berkuasa atas wilayah Syiria. Sultan Mamaluk, Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri, wafat dalam pertempuran ini dalam berbagai versi. Setelah memenagkan pertempuran ini, Selim melanjutkan penaklukkannya ke Kairo yang saat itu diperintah al-Ashraf Turman Bey II, wakil Sultan terdahulu yang telah dinobatkan sebagai Sultan baru Mameluk. Dalam Pertempuran Ridaniyah, Turman Bey II berhasil dikalahkan dan Ottomanpun berkuasan atas seluruh Mesir.
Selim juga memperluas kekuasaan Ottoman ke daerah Nejed, tempat dua situs suci muslim, Makkah dan Madinah. Setelah kedua tempat ini ditaklukkan, Selim menggunakan gelar Khadimul Haramayn(Pelayan Dua Kota Suci). Gelar ini masih digunakan para sultan Saudi sekarang.
Setelah Makkah dan Madinah (Nejed) dikusai, Selim meminta Al-Mutawakil III untuk menyerahkan gelar Khalifah kepadanya secara resmi. Al-Mutawakil III adalah keturunan terakhir Kekhalifahan Abbasiyah (Abbasids) yang berdiam di Kairo. Memang sejak Baghdad jatuh, para Khalifah keturunan Abbasiyyah bermukim di Kairo. Jadi, secra resmi gelar Khalifah, Amirul Mukminin masih dipegang oleh Al-Mutawakil III.
Gelar tersebut kemudian diserahkan kepada Selim. Kelengkapan kebesaran Khalifah, yaitu pedang Nabi Muhammad, selendang Nabi Muhammad, dan cap kemudian diserahkan. Mengenai selendang tersebut, saya pernah membaca di Tarikh al-Khulafa bahwa mantel khalifah yang diwariskan dari khalifah ke khalifah memang adalah mantel Nabi Muhammad. Warna mantel tersebut adalah hijau. Mantel tersebut menjadi perangkat kebesaran Khalifah dai Dinasi Abbasiyah (Abbasid) dikarenakan dulu mantel tersebut dihadiahkan Nabi Muhammad SAW kepada Abbas RA, leluhur para sultan Abbasiyah. Benda-benda tersebut masih bisa Anda lihat di Istana Topkapi, Istanbul.
Penganugerahan gelar Khalifah dilaksanakan di Masjid Ayasofya Istanbul. Al-Mutawakil III sendiri yang mengalungkan selendang Khalifah kepada Selim. Setelah mendapatkan gelar Khalifah, Selim menggunakan gelar baru, Malik ul-Barreyn, wa Khakan ul-Bahrayn, wa Kasir ul-Jayshayn, wa Khadim ul-Haramayn, Raja dua daratan (Eropa dan Asia), Khakan dua lautan (Laut Tengah dan Laut Hitam), Penakluk dua pasukan (Safavid dan Mameluk), dan Pelayan dua tanah suci (Mekkah dan Madinah). Gelar yang besar ini memang pantas untuk pencapaiannya yang luar biasa. Di masanya, wilayah Ottoman meluas tiga kali lipat.
Setelah hingar-bingar tersebut, Selim kembali mempersiapkan tentara. Katanya, tentara tersebut untuk penyernagan Hungaria. Tetapi sebelum itu Selim wafat. Secara umum beliau wafat akibat sakit. Tetapi ada juga yang mengatakan beliau diracun. Sekitar 8 tahun masa pemerintahan Selim disebut dalam sejarah sebagai masa gelmilang Ottoman. Walaupun tidak mencapai puncaknya, pencapaian Selim dalam waktu singkat layak dipuji.
Ertughrul: Keputusan Yang Penting
Utsmani/Ottoman sesungguhnya adalah sebuah bentuk kerajaan/kesultanan. Sejarahnya hampir sama dengan sejarah awal berdirinya Kerajaan Metaram Islam. Kisah itu dimulai dari Ertughrul, leluhur para sultan Ottoman. Ertughrul adalah termasuk bangsa turki yang bermigrasi dari Asia Tengah ke daerah Anatolia. Di wilayah ini pada saat itu terdapat dua kekuasaan politik yaitu Bani Seljuq dan Byzantium. Ertughrul bersama pasukan dan pengikutnya bergabung dan mengabdi kepada Sultan Bani Seljuq. Ia kemudian diberi daerah Ekisyehir di daerah antara Seljuq dan Byzantium, antara Anatolia dan Nice.
Kisahnya adalah sebagai berikut, saat sedang memimpin kelompoknya melintasi Anatolia, Ertughrul melihat terdapat kepulan asap di kejauhan. Ia mendekati kepulan asap tersebut dan melihat Pasukan Seljuq sedang menghadapi bangsa Mongol. Ertughrul saat itu mengambil keptusan bersejarah untuk ikut campur dalam pertempuran tersebut dan membela Seljuq. Akhirnya Seljuq menang dan ia mendapatkan hadiah sebagaimana yang telah disebutkan. Kita lihat, sebuah keputusan mempengaruhi sejarah manusia
Osman: Leleluhur Para Ottomans
Seperti lazimnya sistem pengisian jabatan di zaman dahulu, yaitu dengan penunjukkan dan setelahnya diwarisi turun temurun, kepemimpinan Ertughrul diwarisi oleh anaknya Osman. Osman bergelar Osman Gazi atau panglima Osman karena pada kenyataannya Osman memang setingkat panglima dalam hirarki di Bani Seljuq. Saat kekuasaan Bani Seljuq melemah, para panglima yang dulunya diberi daerah kekuasaan oleh Sultan Seljuq mendirikan kesultanan sendiri, yang disebut Kesultanan Ghazi. Ini mirip dengan pendirian Kesultanan Pajang dan Metaram saat Kesultanan Demak Bintoro melemah.
Sebenarnya Osman telah diberikan kekuasaan otonom oleh Sultan Seljuq di wilayahnya. Ia diberikan kuda, dan panji, dan drum sebagai lambang kekuasaan. Kutbah Jumat di wilayahnya juga mendoakannya bahkan ia bisa mencetak uang atas namanya. Sehingga saat Seljuq meredup wajar jika kekuasaan Ottoman muncul ke permukaan.
Inilah awal bedirinya kekuasaan Ottoman di wilayah Anatolia. Oleh karena itu yang tercatat sebagai sultan pertama Ottoman adalah Sultan Osman Ghazi. Demikian pula kesultanan tersebut menabalkan namanya berdasar nama Osman, Osmanli/Utsmani.
Osman adalah seorang yang kuat, sehingga ia digelari Kara (literal: hitam, maksudnya adalah kuat), Kuatnya Osman sangat dikenal, hingga dahulu muncul ungkapan orang tua kepada anaknya, “Semoga Engkau sekuat Osman!”.
Pada Osman, ibukota kekuasaan yang awalnya di daerah Sogut dipindahkan ke Busra dan kekuasaan Ottomanpun terus membesar. Ottoman berhasil menaklukkan Gemlik dan meletakkan dasar yang kuat bagi berlangsungnya sebuah kesultanan Ottoman.
Satu yang sering tidak disebut di buku sejarah, bahwa Osman adalah orang yang cukup religius. Ia selalu mendengarkan nasehat seorang Syaikh, yaitu Syaikh Edebali. Ia sering datang ke rumah beliau dan mendengarkan nasihat beliau atau berkumpul bersama grup darwis (sufi) di rumah beliau.
Suatu hari saat sedang menginap di tempat Edebali, Osman bermimpi, ia melihat bulan turun ke dada Edebal. Cahayanya berkembang hingga ke dada Osman. Dari sana tumbuh pohon yang besar, hijau, dan banyak cabangnya. Bayangan pohon tersebut menutupi seluruh dunia. Esoknya Osman segera menanyakan tafsiran mimpinya kepada Edebali. Lalu Syaikh menyatakan bahwa Alloh telah memberikan kekuasaan kepada Osman dan anak-anaknya. Dunia akan berada di bawah perlindungan anak cucunya. Selain itu, mimpi mengisyarakan Syaikh agar menikahkan putrinya kepada Osman. Ternyata tafsiran Syaikh atas mimpi ini menjadi kenyataan. Keturunan Osman memang memerintah wilayah yang sangat luas, dari Jazirah Arab ke Wina, dari Aljazair ke Iraq. Membentang di tiga benua.
Orhan Sang Penakluk
Setelah Osman wafat, beliau digantikan oleh Orhan. Seperti ayahnya, Orhan bergelar Sultan Orhan Ghazi. Beliau memiliki beberapa isteri dan beberapa di antaranya adalah ningrat Byzantum. Misalnya Teodora, putri dari Kaisar Byzantium John VI Kantakouzenos. Atau isteri keduanya, Holofira, yang merupakan puteri Pengeran Byzantium di Yarhisar. the daughter of the Byzantine Prince of Yarhisar. Legendanya, Holofira ini meninggalkan upacara pernikahannya dengan Pangeran Bilecik dan beralih ke Orahan. Saya membayangkan ini seperti kisah-kisah cinta masa kini. Mungkin Orhan itu orangnya tampan sehingga Holofira kepincut sampai-sampai meninggalkan upacara pernikahannya. Setelah menikah dengan Orhan, Holofira menjadi muslimah dan berganti nama menjadi Nilufer Hatun. Nilufer inilah yang melahirkan Murad, penggati Orhan nantinya.
Awalnya Orhan bermusuhan dengan Kaisar Byzantium, Andronicus III dan berhasil menaklukkan sebagian besar kekuasaan Byzantium di Asia Kecil, seperi Nice dan Izmit. Tapi kemudian beliau menjalin aliansi dengan John VI Kantakouzenos.
Ceritanya, Raja John VI ini awalnya tidak memiliki ambisi menjadi Kaisar, tetapi ia orang yang berpengaruh di kalangan pemerintahan. Ia hanya menjadi kepala pemerintahan administratif sampai calon kaisar yang masih muda naik tahta. Tetapi beberapa kalangan dekat Ratu, ibu dari calon kaisar yang masih kecil, curiga pada motivasi dari John VI, juga sang Rati sendiri. Sehingga saat John VI berkunjung ke Morea, pasukannya di ibu kota dihancurkan dan ia dinyatakan sebagai kriminal. Kaisar yang kecilpun segera dinobatkan.
Hal ini membawa perang sipil karena para pendukung John tidak mau menuruti keputusan sepihak tersebut. John IV mencari bantuan dari negara-negara tetangganya. Ternyata Ottomanlah yang menyanggupi membantunya. Mungkin pernikahan putrinya, Teodora adalah dalam rangka mengukuhkan ikatan aliansi tersebut.
Ternyata Ottoman pertama kali menginjakkan kaki di Eropa dalam rangka membantu sekutunya Kaisar John VI Kantakouzenos ini. Ottoman kemudian mendapatkan daerah di Galipoli. Selain membantu John VI Kantakouzenos memenangkan perang sipil, Ottoman juga membantunya melawan Stephen Uros IV Dusan dari Serbia yang memanfaatkan situasi genting di Byznaitum untuk menduduki wilayah-wilayahnya.
Murad Sang Kaisar (Hudavendigar)
Baru saat sultan ketiga naik tahta, Murad I, beliau mulai mengunakan gelar Hudavendigar atau Kaisat. Saya kira ini menunjukkan keinginan Murad untuk lepas dari baying-bayang Seljuq, seperti kita tahu, gelar Ghazi (panglima) yang diperoleh kakeknya adalah berasal dari pengabdiannya kepada Bani Seljuq.
Selain itu, Murad memang sudah pantas untuk menyematkan gelar itu pada dirinya, saat itu, kekuasaan Ottoman telah berkembang hingga ke seberang benua, yaitu Eropa. Dengan wilayah yang luas tersebut, berarti Kerajaan Ottoman telah menaklukkan berbagai kota, seperti Nice, Edirne, dll. Para raja/pembesar kerajaan tersebutpun telah takluk kepada Ottoman. Sehingga tidak salah Murad menaikkan gelarnya dari Ghazi (panglima) menjadi Hudavendigar (kaisar). Karena pertama menggunakan gelar ini, Murad lebih dikenal sebagai Sultan Murad Hudavendigar Han. Gelar sultan Ottoman sejak Murad ini menjadi Sultan ____ Han.
Murad memang dikenal sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar pemerintahan Ottoman. Beliau memindahkan ibu kota ke Erdine (Adrianopel), membangun diwan/administrasi baru dan membangun Jenissari (tentara baru). Beliau juga membnetuk sistem pemeirintahan provinsi dengan membentuk provinsi Anadolu (Anatolia) dan Rumeli (Eropa). Selain pertama menggunakan gelar Hudavendigar, Murad juga Sultan Ottoman pertama yang menetapkan gelar Sultan bagi para raja Ottoman.
Murad I berhasil memperluas daerah kekuasaan Ottoman ke wilayah Macedonia dan Serbia. Namun beliau wafat saat pasukan penyusup Serbia berhasil menyelinap ke tenda beliau dan membunuhnya.
Beyazid Sang Petir
Hudavendigar digantikan oleh puteranya Beyazid. Beyazid melanjutkan penaklukkan kearah Eropa. Namun penaklukkan tersebut kemudian berhenti karena terjadi serangan dari arah belakang, dari arah Asia. Serangan tersebut dilancarkan oleh Kekuasaan Mongol yang besar dan kuat, Tamerlane. Beyazid secepat kilat berbalik arah dan meluncur dari Eropa ke Anatolia untuk menahan serangan Tamerlane. Namun kemudian beliau ditawan dalam Pertempuran Ankara.
Memang kemudian Tamerlane tidak melanjutkan serangannya sehingga Kesultanan Ottoman tidak runtuh. Namun tertangkapnya Beyazid menimbulkan perebutkan kekuasaan antara anak-anak Beyazid sehingga kekuasaan Ottoman menjadi kacau. Ottomanpun kehilangan beberapa daerah kekuasaannya di Eropa dan Anatolia karena deerah tersebut memanfaatkan keadaan Ottoman yang sedang kacau untuk melepaskan diri (separatis). Masa perpecahan ini disebut masa Interegnum.
Walapun demikian, Beyazid tetap dikenang sebagai sultan yang sigap dan awas. Kecepatan pasukannya bergerak dari Eropa ke Anatolia untuk mengantisipasi serangan Tamerlane menjadikan beliau digelari Yildirim (Sang Kilat). Sehingga beliau bergelar Sultan Yildirim Beyazid Han. Selain itu, awasnya beliau sehingga mampu mengantisipasi serangan dari arah belakang menjadikan beberapa lukisan wajah beliau menggambarkan beliau sedang melirik atau menoleh ke belakang.
Berbagai kisah beredar mengenai keadaan Beyazid dalam tawanan Timur. Ada yang menyatakan ia diperlakukan seperti budak, ada yang menyatakan ia dimasukkan dalam piala untuk dipertontonkan kepada orang lain. Dalam catatan di istanan Timur dikatakan bahwa Timur memperlakukan Beyazid dengan baik dan bahkan menangisi kematiannya. Setahun atau ada yang mengatakan tujuh bulan 12 hari dalam tawanan akhirnya Beyazid wafat. Timur akhirnya berhasil menangkap Sultan Yildirim Beyazid Han. Setelah berhasil mengalahkan Beyazid Sang Petir, Timur mengakui Mehmed Celebi anak Beyazid sebagai penguasa sah Ottoman. Tetapi saudara-saudaranya menolak mengakui kekuasaan Mehmed, maka terjadilah masa perpecahan dalam kekuasaan Ottoman. Anak-anak Beyazid mengkalim wilayah kekuasaannya sendiri. Suleyman Celebi menjadi Sultan Edirne, Isa Celebi di Bursa, dan Mehmed Celebi di Amasya. Mereka berperang satu sama lain untuk memperbutkan tahta Ottoman. Masa ini disebut sebagai masa Interregnum (Fetret Devli).
Mehmed berhasil merebut Bursa dari Isa, kemudian Isa melarikan diri ke Barat Laut Anatolia. Namun kemudian Isa dibunuh oleh Suleyman. Hal ini menjadikan Mehmed sebagai penguasa tunggal di wilayah Anatolia dan Suleyman sebagai penguasa tunggal di Rumelia. Suleyman kemudian melakukan usaha menyerang Mehemed. Mehmed menyadari bahwa ia sendirian tidak akan sanggup menghadapi sang kakak tertua, Suleyman, sendirian. Maka ia menghubungi saudaranya Musa Celebi untuk menjalin aliansi.
Aliansipun berhasil dibentuk. Untuk mencegah serangan Suleyman makin merangsek ke daratang Anatolia, Musa dengan kekuatan kecil menyerang Edirne. Taktik itu berhasil, Suleyman berbalik arah dan kembali ke Edirne. Tetapi ia berhasil dibunuh oleh Musa. Tetapi Musa kemudian mengklaim dirinya sebagai Sultan Edirne. Mehmed yang tidak terima akan hal ini kemudian menyerang Musa dan berhasil mengalahkannya.
Berakhirlah masa Fetret Devli (Interegnum) dan Ottoman kembali dipimpin oleh satu Sultan yaitu Sultan Mehmed Celebi Han.
Mehmed Celebi Sang Pendiri Kedua (2nd Founder)
Setelah berhasil mengkonsolidasikan kekuatan di dalam, Mehmed kemudian kembali merapikan wilayah Ottoman yang berantakan akibat Interegnum. Ia mulai dari wilayah Anadolu (Anatolia). Pada 1414 ia menaklukkan Izmir, Negeri Candar, Cilcia, dan Saruhan. Karaman yang mencoba menyerang Bursa berhasil ditepis. Setelah konsolidasi Anatolia, ia mengarah ke Rumelia (Eropa). Di Eropa Memed berhasil mengembalikan kekuasaan Ottoman dan kemudian menjadikan Wallachia membayar pajak pada Ottoman. Selain itu beliau juga melanjutkan pembangunan angkatan laut Ottoman.
Karena prestasinya mengembalikan kekuasaan Ottoman, beliau dikenal sebagai pendiri kedua Ottoman, Second Founder. Gelar kebangsawanannya yang dipakai sejak masa Interegnum juga terus terbawa, sehingga beliau dikenal sebagai Mehmed Celebi, Celebi adalah gelar bangsawan yang berarti “Yang Terhormat.”
Sebagian orang menyebut beliau masih keturunan Maulana Jalaluddin Rumi, seorang Sufi besar. Dalam masanya, beliau juga memperhatikan perkembangan kemasyarakatan. Hal ini berkat pengaruh wazirnya di Amasya dahulu, Sehiri. Beliau membangun berbagai masjid, madrasah, dan bangunan lainnya.
Murad II Pengeran Muda Yang Handal
Saat diangkat sebagai sultan setelah wafatnya sang ayah, Mehmed Celebi, Murad II baru berusai belasan tahun (sekitar 19 tahun). Segera setelah pengangkatannya, Byzantium bermain prahara. Sebelumnya Byzantium telah bersedia menahan Musthafa Celebi Sang Penipu (Düzmece Mustafa). Sebelumnya Musthafa Celebi ini telah mencoba memberontak terhadap Mehmed Celebi tetapi berhasil ditangkis. Musthafa lari ke Byzantium lalu dengan bayaran Mehmed Celebi, Byzantium bersedia memenjarakan Musthafa.
Segera setelah Murad II naik tahta, Byzantium mendeklarasikan Musthafa sebagai pewaris sah Beyazid Yildirim. Tetapi ini bersyarat bahwa Musthafa harus menyerahkan kota-kota penting jika ia naik tahta. Dengan bantuan Byzantium Musthafa berhasil mendarat di Rumelia dan mengalang kekuatan di sana. Banyak pasukan Ottoman yang kemudian mendukungnya. Murad lalu mengrim pasukan di bawah Jenderal Senior, Beyezid Pasha. Tetapi Musthafa Sang Penipu berhasil membunuh Sang Jenderal dan iapun mendeklarasikan diri sebagai Sultan Edirne.
Lalu Musthafa Celebi mencoba menyerang ke wilayah Anatolia. Namun Murad II menunjukkan keahliannya sebagai panglima. Walaupun cukup kalah jumlah tetapi beliau bisa memenangkan pertempuran. Musthafa Sang Penipu pun menghindar ke Galipoli (Ulubat). Tetapi terus dikejar Murad II dengan bantuan pelaut asal Genose, Adorno. Msuthafa berhasil ditangkap dan dihukum mati.
Murad II kemudian mengarahkan serangan ke Byzantium yang telah memplot pemberontakan Düzmece Mustafa tersebut. Murad II membentuk pasukan Azeb dan kemudian melakukan pengepungan terhadap Konstantinopel. Di tengah pengepungan, Murad II mendengar adiknya, Musthafa, yang berusia 13 tahun melakukan pemberontakan dengan dukungan Byzantium dan negara-negara kecil di sekitar Anatolia. Pasukan Musthafa telah mengepung Busra, kota kedua terbesar setelah Edirne.
Murad segera menuju Busra. Musthafa berhasil dikalahkan, ditangkap, dan dihukum. Negara-negara kecil di Anatolia (Aydin, Mentese, Teke dan Germian) juga menerima akibat dari keterlibatan mereka dengan pemberontakan tersebut. Negara-negara tersebut ditaklukkan dan dianeksasi oleh Murad II.
Murad II lalu meneruskan perluasan wilayah di Seribia yang masih dalam keadaan bereperang dengan Ottoman. Salonica, Macedonia, Teselya dan Yanya berhasil dikuasai. Pemberontakan Penguasa Wallachiapun berhasil dipadamkan dan Wallachia dianeksasi. Semakin luasnya pengaruh Ottoman di Eropa menjadikan cemas Byzantium dan raja-raja Eropa lainnya yang kemudian melancarkan Perang Salib terhadap Ottoman. Pasukan Salib dipimpin oleh Pangeran Transylvania.
Dalam pertempuran ini, Ottoman kalah namun Pasukan Salib tidak bisa merangsek lebih jauh karena terkendala alam. Lalu dicapailah kesepakatan gencatan senjata 10 tahun yang dikenal sebagai Kesepakatan Segedin. Setelah itu Murad II turun tahta dan menaikkan putranya berusia 12 tahun Mehmed II sebagai Sultan. Beliau menyepi di Manisa.
Melihat peluang sultan yang masih muda, rival Ottoman, Hungaria bersama Venice dan didukung Paus Eugene IV mempersiapkan Pasukan Salib baru untuk menyerang Ottoman. Melihat keadaan ini Mehmed II meminta ayahnya yang telah pensiun untuk memimpin pasukan menghadapi Pasukan Salib tersebut. Murad II menolak, lalu Mehmed mengirimkan surat yang sangat terkenal yang berbunyi, “Jika Engkau adalah sultan maka sudah sepantasnya Engaku memimpin pasukanmu dalam situasi yang sulit ini, maka majulah ke depan dan pimpin pasukanmu. Tetapi jika sayalah yang Sultan, maka saya mengingatkan Engkau untuk patuh kepada perintah Sultan, dan perintah saya adalah, Pimpinlah pasukan!.” Membaca surat ini Murad II tidak bisa menolak.
Hal ini menandai masa kedua kepemimpinannya, Murad II kembali naik tahta. Tetapi sebagian orang menyatakan bahwa kembalinya Murad II ke tahta karena ada pemberontakan Jenissari. Wallohu a’lam mana yang benar.
Lalu Murad II meluncur ke Edirne. Pasukan Ottoman sekita 40.000 lalu meluncur ke Varna dan menyerang Pasukan Salib. Pasukan Salib akhirnya bisa dikalahkan dalam Pertempuran Varna ini. Pertempuran ini menandai berkahirnya Perang Salib yang mencegah Ottoman menaklukkan Konstantinopel. Karena berikutnya, saat Konstantinopel sedang dalam Kepungan Mehmed II, tidak ada Pasukan Salib yang datang membantu.
Empat tahun setelah Pertempuran Varna, terjadi kembali pertempuran besar yang disebut Pertempuran Kosovo Kedua. Murad II lagi-lagi berhasil memenangkan pertempuran yang dipicu invasi Hungaria ke wilayah Ottoman di Serbia. Dengan menangnya Ottoman di pertempuran ini, Balkan sepenuhnya dalam pengaruh politik Ottoman.
Sebenarnya Murad II adalah seorang yang tidak suka berperang. Ini terlihat dari keinginannya untuk mundur dari kepemimpinan.
Tetapi keadaan memaksanya untuk terus berperang sebagaimana dalam kisah di atas. Selain pencapian militer, dalam bidang
sosial, di zaman Murad dibangun ratusan masjid, sekolah, jembatan, dan istana. Salah satu bangunan peninggalan Murad II yangbisa dilihat adalah Bursa Muradiye Complex, yang terdiri dari masjid, makam, madrasah, pemandian, dan taman. Murad II sendiri sebenarnya adalah seorang seniman dengan nama pena Muradi.
Dalam masanya pula dikirim sejumlah uang ke Mekkah untuk perbaikan dan dikirim sejumlah tenaga ahli yang disebut Surre-i Humayun untuk memperbaiki tempat-tempat suci. Dalam masanya pula banyak buku ditulis dan buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Murad II meninggal di Edirne karena sakit dan beliau dimakamkan di Bursa, di Kompleks Muradiye. Jika Anda berkunjung ke Bursa, Anda bisa menziarahi makam beliau. Mehmed Sang Kaisar Roma
Setelah Sultan II Murad Han wafat, beliau digantikan anaknya, Mehmed (Arabnya adalah Muhammad). Sultan Mehmed kemudian melanjutkan penaklukkan buyutnya, Yildirim Bayezid yang tertunda. Seperti yang kita ingat, bahwa Beyazid Sang Petir pernah melakukan pengepungan atas Konstantinopel, tetapi kemudian gagal karena ada serangan dari Tamerlame. Selain itu, perperangan antara Ottoman dengan Byzantium masih berlanjut setelah taktik Byzantium membangkitkan Pemberontakan Musthafa Celebi gatot alias gagal total. Murad II belum berhasil menaklukkan Konstantinopel karena pemberontakan adiknya, Musthafa.
Maka, segera setelah beliau naik tahta, beliau berencana menaklukkan Konstantinopel, Pusat Kerajaan Byzantium. Mengenai penaklukkan Konstantinopel ini sebenarnya telah dinubuatkan (“diramalkan”) oleh Rasulullah Muhammad shallallohu ‘alyhi wa sallam. Secara politik dan ekonomis Konstantinopel memang menguntungkan. Secara politis Mehmed akan menjadi penguasa tunggal di selat Dardanella, selain itu ini akan menegaskan kekuasaan Ottoman agar negara lain tidak mencoba mengacau keadaan dalam negeri Ottoman seperti yang telah dilakukan Byzantium dengan melanggar kesepakatan dan membantu bahkan memprovokasi Pemberontakan Musthafa Celebi atau Musthafa Sang Penipu. Maka Mehmed II memulai usaha penaklukkan Byzantium.
Saat itu, ibukota Ottoman telah dipindahkan ke Edirne. Maka dari sini usaha penaklukkan Konstantinopel dimulai. Mehmed II mulai membangun tembok-tembok tinggi di perbatasn Edirne. Ia juga memerintahkan insinyur terkemuka untuk membuat meriam yang sangat besar. Meriam ini menjadi salah satu bagian paling melegenda dari penaklukkan Konstantinopel, bahwa Sultan Memed II menggunakan meriam yang paling besar yang pernah ada di masa itu.
Mengetahui rencana Mehmed II, Kaisar Byznatium saat itu, Constantine XI, mulai memperkuat benteng-benteng kota yang sebelumnya memang kuat dan sangat sulit ditembus. Penguatan dinding-dinding kota tersebut menjadikan Konstantinopel semakin sulit ditaklukkan. Beliau juga menghubungi Roma untuk meminta bantua Pasukan Salib (Crusader) dari Paus. Namun pembicaraan bantuan berhenti karena adanya permintaan untuk menggabungkan Gereja Ortodox Konstantinopel dengan Gereja Katolik Roma.
Setelah persiapan selesai Mehmed bersama pasukannya bertolak dari Erdirne menuju Konstantinopel. Sebelumnya Mehmed mengirimkan surat kepada Constantine XI untuk menyerahkan kota secara damai. Namun Constantine XI menolak. Maka dimulailah pengepungan terhadap Konstantinopel. Namun kemudian Mehmed II menyadari bahwa pengepungan darat saja akan sia-sia karena armada laut dari beberapa negara lain masih membantu Byzantium. Menyadari hal ini, Mehmed II memerintahkan pembangunan armada laut.
Saat armada laut akan mendekati Konstantinopel terdapat suatu masalah, yaitu di laut sekitar Konstantinopel telah dipasangi rantai-rantai besi sehingga kapal tidak bisa memasuki perairan Konstantinopel. Namun Mehmed tidak kehilangan akal. Ia kemudian membawa kapal-kapal tersebut melalui jalur darat untuk mendekati Konstantinopel. Pemindahan kapal-kapal ini juga menjadi legenda dalam penaklukkan ini di samping artillery atau meriam besar.
Dua legenda yang sering disebut-sebut dalam kisah penaklukkan Konstantinopel adalah meriam terbesar dan pemindahan kapal lewat jalur darat. Bahkan pemindahan kapal ini juga memunculkan mitor tersendiri. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa pemindahan kapal bukanlah dengan ditarik melalui jalur darat, melainkan dengan karamah Sultan Mehmed II. Wallohu a’lam, yang jelas sejarah di Turki membenarkan versi pemindahan kapal melalui jalur darat dengan ditarik oleh pasukan. Pemindahan melalui jalur darat ini berhasil mengantarkan 72 kapal perang mendekati Konstantinopel lewat laut. Bayangkan, di masa itu, 72 kapal perang diangkut dengan jalur darat!
Setelah dua kali usaha penggempuran (assault) terhadap Konstantinopel dan belum berhasil menaklukkan kota tersebut pasukan Mehmed II mulai kehilangan kepercayaan. Namun, Mehmed II menyemangati kembali pasukannya dan menyatakan bahwa akan diadakan penggempuran terakhir dan terbesar pada tanggal 29 Mei. Beliau menjanjikan bahwa penggempuran terakhir tersebut akan berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan janji beliau tersebut betul, gempuran (assault) besar terhadap Konstantinopel mengakhiri pengepungan (siege) dan berhasil menaklukkan Konstantinopel.
Setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan Mehmed II Han mendapat gelar Fatih yang dalam Bahasa Arab berarti Pemenang, Pembuka Jalan, atau Penakluk dan beliau dikenal dengan Fatih Sultan Mehmed Han atau secara singkat Fatih Sultan. Mehmed kemudian memindahkan ibukota kesultanannya dari Edirne ke Konstantinopel dan mengganti nama kota tersebut menjadi Istanbul, ibukota kesultanan yang keempat.
Setelah penaklukkan tersebut, karena berhasil meruntuhkan Byzantium dan mengambil alih ibu kota Romawi Timur, Fatih Mehmed mengkalim gelar Kayser-i Rûm(Caesar Romanus= Kaisar Romawi). Klaim ini wajar, karena Sultan telah menguasai hampir seluruh wilayah Byzantium dahulu. Namun kerajaan-kerajaan Eropa lainnya tidak mengakui hal tersebut sehingga Fatih Mehmed kemudian berusaha melakukan penaklukkan terhadap Roma, ibu kota Romawi Barat. Usaha penaklukkan ini hanya berjalan sampai Otranto, dekat Appulia. Namun, setelah wafatnya Fatih Sultan, usaha ini dihentikan dan pasukan Ottoman di Otranto ditarik mundur.
Mehmed II mengijinkan orang-orang Yunani dan Yahudi untuk bermukim di tanah Ottoman. Setelah penaklukkan Konstantinopelpun, Fatih Mehmed tidak mengganggu institusi Greek Orthodox Patriarchate. Bahkan beliau mengizinkan Armenian Orthodox Patriarchate yang sebelumnya dilarang. Namun, Bulgarian Orthodox tetap berada di bawah kewenangan Greek Orthodox Patriarchate. Hal ini menunjukkan adanya toleransi beragama dalam Ottoman Empire, setidaknya pada masa Mehmed II. Toleransi juga ditujukan kepada Yahudi yang dipersilahkan untuk tinggal dan menetap di wilayah Ottoman khususnya Istanbul. Selain karena toleransi, kebijakan ini juga menguntungkan secara ekonomi karena banyak orang Yahudi dan Yunani yang berprofesi sebagai pedagang, juga banyak yang memiliki keahlian khusus (professional).
Setelah penaklukkan Bosnia akibat Rajanya yang menolak membayar tribute rutin, di tahun yang sama dengan tahun penaklukkan, Mehmed II mengeluarkan firman (titah) yang di dalamnya menyatakan perlindungan terhadap Komunitas Fransiscans Bosnia, greja mereka, dan segala kepemilikan mereka. Dalam Firman tersebut beliau juga bersumpah antas nama Alloh akan menjalankan Firman ini dengan tetap. Hal ini menunjukkan beliau adalah seorang yang toleran terhadap agama lain. Katanya, naskah asli firman ini masih disimpan di biara Fransiscan di Fojnica.
Tidak salah jika Mehmed II dijuluki Fatih, ia tidak hanya berhasil menaklukkan Konstantinopel, tetapi juga Morea, Bosnia, Albania. Mehmed II juga menaklukkan Trabzon dan mengakhiri Kerajaan Trebizon. Beliau juga mampu mengalahkan Uzun Hasan dari Kerajaan Ak Konyulu dalam Pertempuran Otlukbeli.
Konflik dengan Ak Konyulu bermula dari konflik yang terjadi di Karaman. Saat itu terjadi perselisihan antar pangeran memperbutkan tahta. Salah seorang pangeran, Ishak Bey, meminta bantuan Ak Konyulu dan seorang lagi, Pir Ahmed, meminta bantuan Ottoman. Ottoman menyepakati membantu Pir Ahmed dan berhasil mendudukkannya ke atas tahta. Tetapi kemudian Pir Ahmed menjalin perjanjian dengan Venice yang saat itu sedang bermusuhan dengan Ottoman (setelah Perang Salib kedua negara masih dalam keadaan perang). Hal ini menjadikan permusuhan antara Karaman dan Ottoman. Segera Mehmed II menaklukkan Karaman. Pir Ahmed kemudian meminta perlindungan Ak Konyulu yang kemudian melindunginya. Inilah yang semakin merusak hubungan kedua negara yang sudah tidak akur sehingga terjadi Pertempuran Otlukbeli dengan kemenangan di Ottoman.
Fatih Mehmed memiliki panglima terkemuka yaitu Gedik Ahmet Pasha yang berhasil menaklukkan Otranto di wilayah Italia sekarang dan Caffa/Crimea di utara Laut Hitam (Karadeniz) dan menjadikan Crimea sebagai vassal Ottoman. Caffa adalah salah satu daerah kekuasaan Genoa. Secara militer, jika daerah ini tidak dikuasai, kapal-kapal Genoa dapat dengan mudah mencapai Istanbul dari Caffa. Sehingga ditaklukkanlah daerah ini.
Dalam bidang kebudayaan, Fatih Mehmed adalah Sultan yang memulai pembangunan Istana Topkapi. Keindahan dan kemegahan istana ini masih bisa kita lihat sampai sekarang. Selain itu beliau juga mendirikan Univeristas Fatih (Fatih Kulliyesi), 300 masjid, 57 sekolah, 59 tempat pemandian umum, 29 pasar, dll. Beliau juga memperbaruhi adminsitrasi dan sultan pertama yang menetapkan hukum tertulis (kanun).
Mehmed II juga meningkatkan kemampuan angkatan laut Ottoman. Hal ini dalam rangka mengimbangi kemampuan Venice dan Genoa yang saat itu menjadi musuh Ottoman. Kedua negara tersebut memang ahli dalam bidang kelautan. Untuk memperkuat angkatan laut, dibangunlah galangan kapal di daerah sekitar Istanbul.
Semua pencapaian tersebut didapat tidak lain karena memang Mehmed II adalah Sultan yang pandai lagi berani. Selama masa 30 tahun kepemimpinannya, sudah 25 kali beliau mempimpin penaklukkan. Artinya hampir setiap tahun belaiu memimpin satu perperangan. Selain itu, saat menaklukkan Konstantinopel, usia beliau baru 21 tahun, saat itu beliau telah menguasai 7 bahasa. Hal ini berkat pendidikan dari guru beliau, Cendikiawan Aksemseddin. Beliau juga sangat tertarik pada ilmu pengetahuan, misalnya beliau mengundang Alu Kuscu, Ahli Astronomi, ke observatorium di Istambul.
Setelah segala pencapaian yang luar biasa tersebut, Sultan Mehmed II wafat secara misterius. Ada yang mengatakan beliau diracun secara pelahan oleh dokternya yang masih keturunan Venice. Ada juga yang bilang beliau diracun atas perintah Beyazid II putera beliaul. Wallohu A’lam mana yang benar. Yang jelas, wafatnya beliau sempat dirahasiakan oleh wazir beliau, Karamanli Mehmet Pasha. Hal ini untuk mencegah chaos timbul setelah kewafatan Sultan. Sebelum Sultan baru dilantik, wafatnya Sultan dirahasiakan. Karamanli melihat ba Djem Zizim (Cem Sultan) yang saat itu menjabat gubernur Karaman dan Konya paling berpeluang untuk menjadi Sultan setelah beliau. Selain Djem, calon pewaris tahta yang lain adalah Beyazid, gubernur Sivas, Tokat, dan Amasya.
Memang Karamanli Mehmet mengirimkan surat tetang berita wafatnya Sultan secara bersamaan ke Djem dan Beyazid. Secara matematis, Djem harusnya sampai lebih dahulu daripada kakaknya, Beyazid, karena posisi Djem saat itu lebih dekat ke Istnabul daripada posisi Beyazid. Oleh karena itu menurut Karamanli, Djem yang lebih berpeluang. Namun di Anatolia, kurir menuju Djem tertahan dan Djem akhirnya terlambat mengetahui berita wafatnya Sultan.
Di Istanbul sendiri, Jenissari kemudian mengetahui wafatnya Sultan. Mereka menganggap kegiatan Karamali menyembunyikan wafatnya Sultan ini adalah langkah untuk mengangkat Djem. Mereka menyangka Karamanli adalah antek Djem. Kecurigaan timbul karena saat itu mereka tidak boleh masuk kota Istanbul. Padahal, Jenissari di saat itu lebih mendukung Beyazid. Akhirnya mereka memerangi wazir Karamanli dan berhasil membunuhnya. Ishak Pasha, mantan wazir utama, melihat hal ini sebagai bahaya. Maka, sembari menunggu Sultan baru datang, yang kemungkinan besar itu adalah Beyazid karena Beyazid telah menerima berita wafatnya Sultan, Ishak Pasha mengangkat Korkut anak Beyazid sebagai pengurus tahta sebelum Beyazid sampai ke Istanbul. Pada 21 Mei 1481 Beyazid ditahbiskan menjadi Sultan
Sementara Djem yang terlambat mengetahui berita wafatnya sang ayah, pada 27 Mei 1481 tiba di Inegol dengan 4000 pasukan. Tibanya Djem di Inegol ini dilihat sebagai usaha pembangkangan oleh Beyazid. Menurut nya Djem telah meng-assault Inegol. Maka Beyazid mengirimkan tentaranya di bawah pimpinan Ayas Pasha untuk memerangi Djem. Lalu dimulailah perang saudara antara Beyazid dan Djem atau yang lebih dikenal sebagai Cem Sultan. Djem atau Cem Sultan terlah berebut tahta dengan Beyazid. Penguasaan Djem atas Inegol memantik pertempuran antara dua saudara. Beyazid mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ayas Pasha. Namun Djem berhasil mengalahkan pasukan Beyazid. Kemudian beliau mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan Anatolia. Merasa posisinya cukup menguntungkan, Djem mengirimkan tawaran kepada Beyazid untuk membagi kekaisaran menjadi dua, Rumelia (Eropa) untuk Beyazid dan Anadolu (Anatolia, Asia Kecil) untuk Djem.
Beyazid yang tidak ingin jerih payah leluhurnya hancur menolak tawaran ini. Beliau lalu memimpin pasukan menuju Djem melalui Bursa. Di Yenisehir kedua pasukan bertemu lalu terjadilah pertempuran sengit dengan kemenangan di pihak Beyazid. Djem kemduain melarikan diri ke Kairo. Ia masih terus berusaha merebut tahta sejak saat itu, seperti Musthafa Celebi Sang Pengklaim (the pretender, sebelumnya saya terjemahkan sebagai penipu namun terjemahan tersebut adalah salah), tetapi tidak berhasil.
Ia pernah menyerbu Anatolia kembali dan telah mengepung Konya tetapi dipaksa mundur oleh Beyazid. Djem kemudian berusaha kembali ke Kairo namun gagal karena jalanan dijaga oleh prajurit Beyazid. Lalu ia mencoba lewat laut dengan melewati Rhodes yang saat itu dikuasai Knight of St.John. Tetapi ia justru menjadi tawanan di sana.. Sebagian menyatakan beliau di sana karena undangan Grand Master Knight of St. John. Wallohu A’lam mana yang betul. Yang jelas sejak itu hingga wafatnya Djem tidak pernah melihat lagi tanah airnya. Artinya, Sultan de jurre dan de facto setelah Mehmed Kaisar Romawi adalah Beyezid yang dikenal dengan gelar Sultan II Beyezid Han.
Beyezid : Sultan Turun Tahta
Beyazid adalah seorang yang dermawan, beliau senang memberi sedekah kepada orang miskin. Disebutkan bahwa beliau menguasai dua bahasa, Turki dan Persia. Beliau juga menguasi dialek Uighur dan Cagatay, dua wilayah Turki (juga dua entitas kekuasaan/kerajaan di luar Ottoman). Beliau adalah juga pencinta syair dan sering mengundang penyair ke tempat beliau.
Setelah memenangkan pertarungan menuju tahta, Beyazid melakukan perluasan wilayah di Rumeila (Eropa). Beliau menaklukkan Herzegovina, berperang dengan Venice yang terus menjadi duri dalam daging bagi Ottoman, juga bias memaksa Moldavia untuk membayar upeti kepada Ottoman.
Konflik dengan Venice yang maju dalam bidang kelautan menjadikan Ottoman memperbaiki angkatan lautnya. Di beberapa masa mendatang, angaktan laut Ottoman akan menjadi yang terhebat di Laut Tengah.. Pada masa Beyazid inilah pelaut terkenal Ottoman, Kemal Reis melakukan misi ke Spanyol yang sedang terbakar inqusisi. Misi pelayaran ini ditujukan untuk menyelamatkan Arab dan Yahudi Sephradic. Ini memperlihatkan toleransi yang dikembangkan Ottoman.
Beliau juga memerintahkan agar semua gubernurnya memperlakukan pengungsi dari Spanyol tersebut dengan baik. Pengungsi dari Spanyol itu sendiri sesungguhnya memperkaya wilayah Ottoman. Banyak di antara mereka yang ahli dagang, ilmuwan, dan seniman.
Selain ke daerah Rumelia, di daerah Anadolu atau di wilayah Asianya, Ottoman juga mulai terlibat konflik dengan Safavid Persia yang mulai membesarkan pengaruh politik. Safavid mendukung pemberontakan Shiah Kizil Bash. Pemberontakan ini sendiri sangat mengguncang Ottoman. Hal ini menjadikan para pangeran (shezade) melihat ayah mereka sudah tidak mampu mengontrol wilayah dan mereka kemudian mulai bersiap menaiki tahta.
Terdapat tiga pangeran (sehzade) yang memiliki hak atas tahta. Ahmet gubernur Amasya, Korkut yang menjadi gubernur Manisa, dan Selim yang menjadi gubernur Trabizon. Ahmet saat itu berhasil mengalahkan pasukan Safavid dan tentara Karaman. Dengan kemenangan gemilang, Ahmet pulang ke Istanbul. Namun dalam perjalanannya, Selim mengobarkan pemberontakan di sekitar Istanbull. Pemberontakan tersebut berhasil dikalahkan Beyazid II. Sesampainya di Istanbul, Ahmet dilarang masuk kota oleh ayahnya karena beliau curiga Ahmet akan mengkudetanya. Mungkin saat itu Ahmet bersama pasukan yang besar.
Beberapa pejabat hendak menaikkan Ahmet ke tahta, tetapi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Faksi lain kemudian mencoba menaikkan Korkut ke tahta tetapi lagi-lagi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Agaknya Jenissari lebih mendukung Selim. Akhirnya Sultan II Beyazid Han memutuskan turun tahta untuk mencegah kekacauan semakin menjadi-jadi. Beliau menyerahkan tahta kepada Selim.
Beyazid II kemudian memutuskan untuk keluar dari Istanbul dan kembali ke tempat kelahirannya, Didymoteicho. Tetapi sebelum sampai ke tempat tersebut, beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya, sekitar satu tahun setelah beliau lengser keprabon. Dan dimulailah masa Selim I. Apakah pilihan Jenissari atas Selim tepat dan membawa kegemilangan bagi Ottoman, insyaAlloh akan kita lanjutkan..
Selim Yang Sangar
Selim memliki penampilan yang sangar. Ia memelihara kumis tetapi tidak seperti leluhurnya, ia memotong jenggotnya. Penampilannya juga unik karena ia memakai anting-anting. Dari penampilannya memang ia pantas digelari Yang Sangat (Yavuz, The Grim). Tetapi di balik kesangarannya Selim adalah seorang yang menyukai ilmu. Tidak hanya okol tetapi akalnya juga isi.
Beliau dididik oleh cendikiawan ternama saat itu, Mevlana Abdulhalim. Beliau menyukai ilmu pemerintahan, teologi, dan sains. Beliau juga pandai berkuda, bergulat, dan memanah. Ini menunjukkan ia seimbang antara ketertarikan akan militeris dan keilmuan serta seni. Bahkan beliau menulis syair. Ini karakter yang bagus memang untuk menjadi Sultan.
Beliau juga tidak menyukai kemewahan dan menyenangi kesimpelan sehingga uang perbendaharaan kekaisaran bias dihemat. Pada masanya gudang perbendaharaan pernah sangat dipenuhi harta lalu beliau berikrar “Jika ada anak cucuku yang bias memenuhi gudang ini lebih dari yang aku lakukan, ia boleh mengganti gembok gudang ini dari dengan gembok baru miliknya, tetapi jika tidak mereka harus tetap menggunakan gembok milikku ini” Tetapi tidak ada sultan setelah beliau yang sanggup menyaingi jumlah uang yang beliau kumpulkan di perbendaharaan kerajaan. Sehingga para sultan bergantian menggunakan gembok Selim.
Walaupun terlihat sempurna, ada satu peristiwa yang memang kurang baik. Selim menghabisi seluruh saudara dan ponakan laki-lakinya agar tidak ada ancaman munculnya pengklaim tahta (the pretender) seperti yang muncul di zaman kakeknya, kakek buyutnya, bahkan yang terjadi antara dia dan Ahmet. Mungkin saat itu Selim berfikiran untuk mencapai kestabilan negara. Seperti represi di zaman Pak Harto untuk stabilitasi negera. Memang tujuannya baik, tetapi mungkin caranya kurang pas untuk ditiru.
Kepribadian Selim memang dikatakan energik. Sidang kerajaan (royal court) pada masanya sangat dinamis, penuh dengan reward tetapi punishment-nya juga ngeri. Bisa hingga hokum penggal. Dikisahkan Selim beberapa kali memenggal kepada wasir utamanya. Ini menjadikan sebagian orang menganggapnya berkarakter temperamental. Wajarlah jika beliau dijuluki Yavus (Yang Hebar, Yang Sangar). Maka gelarnya adalah Yavuz Sultan Selim epribadiannya memang sangar dan hebat. Tapi bagaimana dengan pencapaiannya?
Agaknya pencapainnya juga hebat, seperti yang terlihat dalam kisah gembok perbendahaaraan kerajaan. Dalam penaklukan, Selim mengarahkan lebih dahulu perhatiannya ke Savafid Persia yang sedang berkembang di bawah Shah Ismail. Hal ini mengingat kekacauan yang diakibatkan pemberontakan Kizil Bash yang didukung Safavid. Ottoman belum sempat membalas ini di masa Beyazid II. Maka Selim segera berangkat bersama pasukannya menyerang Safavid. Tentara dua kerajaan bertemu di Caldiran dan terjadilah pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Caldiran.
Selim memenangkan perang dan Shah Ismail melarikan diri. Selim terus berjalan menuju Tabriz, pusat kekuasaan. Beliau mengekspor para seniman dan ilmuwan dari kota ini ke Istabul. Ini menunjukkan perhatian beliau terhadap seni. Hasil dari kampanye ini adalah memulihkan kekuasaan Ottoman di senatero Anatolia.
Selim meneruskan penaklukkannya ke arah Mameluk di Turki. Ada yang menyatakan penyerangan ini didasarkan impian Selim untuk menyatukan seluruh Turki Islam ke dalam kekuasaan Ottoman., termasuk Mameluk yang juga bersuku bangsa Turki ini. Secara politik penaklukkan ke Mameluk akan mengamankan perbatasan Anatolia Ottoman yang sering terancam kekuatan baik Mameluk maupun Safavid, dua kekuatan besar di samping Ottoman di wilayah timur tengah saat itu.
Kemenangannya di Pertempuran Marj Dabiq menjadikan Ottoman berkuasa atas wilayah Syiria. Sultan Mamaluk, Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri, wafat dalam pertempuran ini dalam berbagai versi. Setelah memenagkan pertempuran ini, Selim melanjutkan penaklukkannya ke Kairo yang saat itu diperintah al-Ashraf Turman Bey II, wakil Sultan terdahulu yang telah dinobatkan sebagai Sultan baru Mameluk. Dalam Pertempuran Ridaniyah, Turman Bey II berhasil dikalahkan dan Ottomanpun berkuasan atas seluruh Mesir.
Selim juga memperluas kekuasaan Ottoman ke daerah Nejed, tempat dua situs suci muslim, Makkah dan Madinah. Setelah kedua tempat ini ditaklukkan, Selim menggunakan gelar Khadimul Haramayn(Pelayan Dua Kota Suci). Gelar ini masih digunakan para sultan Saudi sekarang.
Setelah Makkah dan Madinah (Nejed) dikusai, Selim meminta Al-Mutawakil III untuk menyerahkan gelar Khalifah kepadanya secara resmi. Al-Mutawakil III adalah keturunan terakhir Kekhalifahan Abbasiyah (Abbasids) yang berdiam di Kairo. Memang sejak Baghdad jatuh, para Khalifah keturunan Abbasiyyah bermukim di Kairo. Jadi, secra resmi gelar Khalifah, Amirul Mukminin masih dipegang oleh Al-Mutawakil III.
Gelar tersebut kemudian diserahkan kepada Selim. Kelengkapan kebesaran Khalifah, yaitu pedang Nabi Muhammad, selendang Nabi Muhammad, dan cap kemudian diserahkan. Mengenai selendang tersebut, saya pernah membaca di Tarikh al-Khulafa bahwa mantel khalifah yang diwariskan dari khalifah ke khalifah memang adalah mantel Nabi Muhammad. Warna mantel tersebut adalah hijau. Mantel tersebut menjadi perangkat kebesaran Khalifah dai Dinasi Abbasiyah (Abbasid) dikarenakan dulu mantel tersebut dihadiahkan Nabi Muhammad SAW kepada Abbas RA, leluhur para sultan Abbasiyah. Benda-benda tersebut masih bisa Anda lihat di Istana Topkapi, Istanbul.
Penganugerahan gelar Khalifah dilaksanakan di Masjid Ayasofya Istanbul. Al-Mutawakil III sendiri yang mengalungkan selendang Khalifah kepada Selim. Setelah mendapatkan gelar Khalifah, Selim menggunakan gelar baru, Malik ul-Barreyn, wa Khakan ul-Bahrayn, wa Kasir ul-Jayshayn, wa Khadim ul-Haramayn, Raja dua daratan (Eropa dan Asia), Khakan dua lautan (Laut Tengah dan Laut Hitam), Penakluk dua pasukan (Safavid dan Mameluk), dan Pelayan dua tanah suci (Mekkah dan Madinah). Gelar yang besar ini memang pantas untuk pencapaiannya yang luar biasa. Di masanya, wilayah Ottoman meluas tiga kali lipat.
Setelah hingar-bingar tersebut, Selim kembali mempersiapkan tentara. Katanya, tentara tersebut untuk penyernagan Hungaria. Tetapi sebelum itu Selim wafat. Secara umum beliau wafat akibat sakit. Tetapi ada juga yang mengatakan beliau diracun. Sekitar 8 tahun masa pemerintahan Selim disebut dalam sejarah sebagai masa gelmilang Ottoman. Walaupun tidak mencapai puncaknya, pencapaian Selim dalam waktu singkat layak dipuji.
0 komentar:
Posting Komentar